Daily Archives: February 10, 2019
Seorang Sahabat, Pelayan RSAW Dan juga Perawi Hadith!
ANAS bin Malik RA masuk Islam saat usiannya belum genap 10 tahun. Dia terus bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam dan mengabdi kepada beliau menghadap ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala. Saat itu usia Anas bin Malik RA 21 tahun.
Nama lengkap beliau Abu Hamzah atau Abu Tsumamah Anas bin Malik bin Nadlar Al-Khazraji Al-Anshari, berasal dari Bani Najjar. Ibunya bernama Ummu Salma Sahlah binti Malik bin Khalid, isteri kepada Malik bin Nadlar. Malik pergi ke Negeri Syam dan meninggal dunia disana. Setelah itu Ummu Salma dipinang oleh Abu Thalhah Zaid bin Sahal. Dia hendak menikah dengan Abu Thalhah dengan syarat ia mahu masuk Islam.
Ummu Salma menjadikan keislaman Abu Thalhah sebagai mas kahwinnya. Pernikahan itu terjadi antara Bai’ah Aqabah pertama dan kedua. Dan Abu Thalhah turut serta dalam Bai’ah Aqabah kedua.
Saudara kandungnya, Al-Bara’ bin Malik adalah salah satu pahlawan Islam yang gagah berani dan gugur dalam Perang Tustur. Anas bin Malik RA lahir pada tahun ke-3 kenabian atau 10 tahun sebelum hijrah. Dia masuk Islam melalui ibunya ketika Nabi SAW hijrah ke Madinah. Jadi, Anas bin Malik RA termasuk Sahabat Nabi yang sangat muda. Kemudian Anas bin Malik RA dikurnia anak-anak dan keturunannya yang banyak. Hal itu dia peroleh berkat do’a Rasulullah SAW untuknya.
“Yaa Allah, berikanlah dia harta dan anak yang banyak dan berikanlah keberkatan kepadanya.” Maka Anas bin Malik RA pun dikurnia harta yang banyak dan melimpah.
Dia juga dikurnia anak-anak dan cucu-cucu yang ramai. Jumlahnya hampir 100 orang. Anak-anaknya antaranya bernama Abu Bakar, Ubaidillah, Nadlar dan Musa
BERGURU KEPADA RASULULLAH SAW
Setelah masuk Islam Anas bin Malik RA terus menantikan hijrah Nabi SAW ke Madinah. Maka tatkala beliau tiba di Madinah kedua orang tuanya terus membawa Anas bin Malik kepada Nabi SAW agar diterima menjadi pelayan beliau.
Rasulullah SAW menerima kehadiran Anas bin Malik RA sebagai pelayannya. Rasulullah SAW mengasuh Anas bin Malik RA dan memeperlakukannya dengan baik. Beliau bahkan sering memanggilnya: “Nak !” sebagaimana diriwayatkan oleh At- Tirmidzi dari Anas bin Malik RA bahwasannya Rasulullah SAW pernah bersabda kepadannya: “Nak! Kalau kamu boleh memasuki waktu pagi dan petang dengan hati yang bersih dari rasa hasad dengki kepada seseorang, lakukanlah.” Kemudian beliau bersabda “Nak! Itu adalah sebahagian dari Sunnahku. Barangsiapa yang menghidupkan Sunnahku bererti dia mencintaiku. Dan barangsiapa yang mencintaiku dia pasti akan bersamaku di Surga.”
Dan Nabi SAW memperlakukan Anas bin Malik RA dengan kelakuan yang sangat lembut. Bahkan Anas bin Malik RA pernah mengatakan: “Aku melayani Rasulullah SAW selama 10 tahun. Demi Allah , beliau sama sekali tidak pernah mengatakan: ‘Ah! Kepadaku. Beliau juga tidak pernah bertanya kepadaku: “Mengapa kamu berbuat begitu? Atau mengapa kamu berbuat begitu? ”
Anas bin Malik RA mendapatkan anugerah yang sangat besar dari Rasulullah SAW. Yaitu bahwa beliau berjanji akan memberikan syafa’at kepadannya. Anas bin Malik SAW mengatakan: “Aku pernah meminta kepada Nabi SAW agar beliau berkenan memberiku syafa’at pada Hari Kiamat kelak. Lalu beliau bersabda: “Ya aku akan melakukannya”. Kemudian aku bertanya: ‘Ya Rasulullah, di mana aku harus mencarimu? Beliau menjawab: ‘Pertama carilah aku di atas titian sirat(jambatan )’. ‘Jikalau aku tidak menemukanmu di atas shirath?’. Beliau menjawab: ‘Carilah aku di mizan (timbangan amal)’. Jikalau aku tidak menemukanmu di mizan? Tanyaku lagi. Beliau menjawab: ‘Carilah aku di haudl (telaga). Karena aku tidak akan tidak ada dari tiga tempat itu.
MERIWAYATKAN HADITH
Anas bin Malik RA dengan Nabi SAW semenjak beliau hijrah ke Madinah sampai menghadap Allah SAW, memberinya kesempatan yang luas untuk meriwayatkan hadits sebanyak-banyaknya dari Nabi SAW. Jumlah Hadits yang diriwayatkan oleh para perawi dari Anas bin Malik RA mencapai 2286 buah Hadits. Dan tidak ada sahabat lain yang jumlah periwayatkan Haditsnya melebihi Anas bin Malik RA selain Abu Hurairah RA dan Abdullah bin Umar RA.
Anas bin Malik RA menjaga amanah ini dengan baik dan menyampaikannya seperti apa yang didengarnya. Dan selepas peninggalan Nabi SAW, Anas bin Malik RA pun menjadi guru besar bagi imam-imam besar, seperti Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin, Said bin Jubair, Qatadah, Az-Zuhri dan Umar bin Abdul Aziz. Namun apa yang diriwayatkan oleh para perawi itu tidak semuanya di dengar langsung oleh Anas bin Malik RA dari Nabi SAW.
Dengan kata lain sebahagian besar berasal dari mulut Nabi SAW ke telinga Anas bin Malik RA , dan sisanya dia dengar dari Abu Bakar , Umar bin Khattab, Ubadah bin Shamit, Muadz bin Jabal, Abdullah bin Mas’ud atau Abu Hurairah RA yang mendengar langsung dari Nabi SAW. Al-Hakim menceritakan bahwa Anas bin Malik RA pernah menyampaikan Hadits dari Rasulullah SAW. Kemudian ada yang bertanya: “Engkau mendengarnya terus dari Rasulullah SAW? ” Anas bin Malik RA menjawab : Demi Allah , tidak semua hadits yang kami sampaikan kepada kalian itu kami dengar langsung dari Rasulullah SAW satu sama lain, dan kami tidak saling curiga-mencurigai. Kesemua jumlah hadits yang dihafalnya tidaklah sedikit, dia sangat berhati-hati dan tidak gopoh dalam menyampaikan riwayat supaya dapat ia terhindar dari kesalahan. Dengan kata lain dia tidak menceritakan sesuatu yang dia yakini kebenarannya dan hafalannya. Anas bin Malik RA pernah berkata: “ Sekiranya aku pernah dengar dari Rasulullah SAW. Beliau pernah bersabda: “Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, hendaklah ia menempati tempat duduknya di Neraka”.
Rasulullah SAW pernah melarang para sahabat mencatat Hadits beliau agar tidak tercampur dengan Al-Qur’an . Tetapi setelah penulisan Al-Qur’an sempurna dan wahyu telah berhenti sepeninggal Rasulullah SAW, maka tidak ada lagi alasan untuk melarang penulisan Hadits. Dan Anas bin Malik RA adalah salah satu orang yang mencatat hadits Nabi SAW. Dia pernah berkata : “Ikatlah ilmu dengan tulisan ”
SEDIKIT KISAH MENGENAI ANAS BIN MALIK
Keistimewaan terpenting yang dimiliki oleh sahabat Nabi SAW ini ialah ketekunannya dalam menyampaikan hadits-hadits Nabi kepada umat islam. Itulah kesibukan yang paling utamanya sampai akhir hayatnya. Abu Bakar RA pernah menugaskan Anas bin Malik memungut Zakat di Bahrain atas usulan Umar bin Khathab . Karena Umar bin Khathab RA pernah berkata: “Kirimilah dia (Anas bin Malik) karena dia benar-benar pandai menulis.” Dan tatkala Abu Musa Al-Asy’ari memegang jawatan sebagai Gubenor Bashrah, Anas bin Malik dijadikan sebagai orang dekatnya. Abu Musa bahkan menyuruh Anas bin Malik untuk mewakilinya menghadap kepada Umar bin Khathab RA . Dan dia juga menugaskan Anas bin Malik RA memimpin kawasan Persia. Kemudian tatkala Abdullah bin Zubair dibai’ah menjadi Khalifah, Anas bin Malik RA ditunjuknya menjadi Gubenor Bashrah selama beberapa waktu.
Kesibukan Anas bin Malik dalam menekuni Hadits Nabi tidak menjadi penghalang baginya untuk berjuang di medan jihad. Anas bin Malik terlibat dalam Perang Badar dan Perang Uhud.
Ketika itu Anas bin Malik bertugas melayani keperluan Nabi SAW . Anas bin Malik terlibat dalam Perang Khandaq sebagai seorang pejuang yang mampu mematahkan leher orang-orang musyrik dan menjatuhkan mereka.
Setelah Nabi wafat, Anas bin Malik ikut serta dalam perang melawan orang-orang murtad dan mendapatkan kemenangan yang gemilang . Anas bin Malik juga pernah terjun ke medan Perang Qadisiyah . Kebetulan Anas bin Malik mahir memanah. Setelah Perang Tustur yang berakhir dengan kemenangan yang sangat gemilang . Abu Musa Al-Asy’ari, panglima perang tersebut menugaskan Anas bin Malik membawa para tawanan dan rampasan perang kepada Amirul Mukminin, Umar bin Khathab.
Anas bin Malik datang kepada Umar bin Khathab dengan membawa pimpinan Tustur, Hurmuzan.
Di masa akhir hidupnya, Anas bin Malik tinggal di salah satu sudut kota Bashsrah hingga usianya lebih dari 100 tahun. Di sana Anas bin Malik jatuh sakit dan terus berkata kepada orang-orang yang ada disekitarnya: “Tuntunlah aku membaca Laa ilaha illallah.” Anas bin Malik tidak berhenti membaca kalimat tauhid itu sampai menghembuskan nafas terakhirnya. Peristiwa itu terjadi pada tahun 93 Hijriyah. Ada yang menyatakan bahwa Anas bin Malik adalah Sahabat Nabi yang paling akhir meninggal dunia. Namun ada pendapat lain yang menyatakan bahwa setelah Anas bin Malik masih ada satu orang sahabat Nabi yang hidup, yaitu Abu Thufail Amir bin Watsilah Al-Laitasi yang wafat pada tahun 100 Hijriyah.*
DENGAN KITA BERCERITA DAN MEMBACA TENTANG PARA SAHABAT NABI SAW, SEMOGA KITA DAPAT MENCONTOHI MEREKA, YANG MANA DIAKHIR ZAMAN INI PENUH DENGAN SEGALA MACAM FITNAH….