Monthly Archives: August 2019
BUTIR MUTIARA
Rasa Hamba Kekalkanlah
Petikan Dari : http://www.majalahummati.com
Manusia di dunia ini, bagaimanapun hebatnya, tidak ada yang menciptakan dirinya sendiri. Dan kitapun akur bahwa kita adalah hamba pada Allah sebagai Tuhan kita. Tapi ‘mengaku’ saja bahwa kita hamba, tidaklah cukup. Manusia bukan saja mesti tahu dengan akalnya bahwa dirinya hanyalah hamba Allah, tapi manusia juga mesti merasa dengan hatinya kalau dia memang hamba Allah. Rasa bahwa diri kita hamba atau rasa hamba ini harus diusahakan dan bila Allah sudah anugerahkan rasa hamba, maka kitapun harus mengekalkannya dalam hati kita.
Rasa hamba atau rasa Kehambaan yang dimaksudkan adalah rasa-rasa kita sebagai hamba pada Allah sebagai Tuhan, misalnya rasa lemah dihadapan Allah, rasa hina, merendah diri dengan-Nya, tidak sempurna, tidak ada kuasa, memerlukan bantuan dan pertolongan Allah. Bila seorang hamba atau manusia memiliki rasa kehambaan, maka otomatis dia juga akan memiliki rasa-rasa manusia yang memiliki Tuhan atau disebut rasa Bertuhan. Seperti rasa dikuasai oleh Tuhan, diketahui, dilihat, didengar dan lain-lain lagi.
Kita sebagai manusia, harus menerima kenyataan atau hakekat ini. Janganlah kita sombong dan membesarkan diri karena kita hanyalah hamba Allah yang tidak ada kuasa apa-apa. Kalau betul kita berkuasa atas diri kita, coba kita hilangkan sakit waktu kita jatuh sakit. Atau adakah manusia yang dapat mengelak dari kematian walaupun dia seorang raja?
Jangan pula mentang-mentang kita pandai lalu rasa Kehambaan hilang. Atau waktu kita kaya dan berkuasa maka gersanglah rasa Bertuhan. Tidak merasa diawasi oleh Allah dan kemudian kita bertindak zalim pada orang lain. Di waktu itu kita merasa bahwa kitalah segala-galanya, kita super power. Kalau memang betul kita memiliki power, kenapa kita tidak tolak saja bala bencana yang datang menimpa? Kenapa tidak tolak saja ujian-ujian yang menyusahkan kita? Juga kejahatan orang yang kita dapat timpa-menimpa?
Mengapa tidak ditolak saja perkara-perkara yang negatif itu dengan kuasa yang ada? Dengan kekayaan dan ilmu yang kononnya banyak? Inilah satu bukti yang menunjukkan kita ini hanyalah hamba Allah, kita sangat lemah untuk menolak perkara yang kita tidak suka. Kalau begitulah hakekat diri kita, janganlah sombong, rujuklah saja pada Allah sekalipun kita kaya, berilmu dan berkuasa. Lebih-lebih lagi harta kekayaan dan segala yang ada pada kita, Allah boleh tarik bila-bila saja. Hakekatnya semua itu tidak ada milik kita.
Sudah sepatutnya kita sebagai manusia senantiasa kembali pada Allah untuk memohon pertolongan-Nya, mengabdikan diri pada-Nya dan hendaknya kita bernaung dibawah kekuasaan-Nya. Pada Allah sajalah kita memohon keselamatan dan senantiasa merendah diri pada-Nya. Jika kita merendah diri pada Allah, kita tidak akan sombong pada manusia lain dimana mereka itu juga hamba Allah. Sama-sama hamba Allah, sama-sama lemah.
Orang yang cerdik hatinya, dia tidak akan mencari nahas dengan berlagak sebagai ‘Tuan’. Sebab hatinya sadar bahwa hanya ‘Allah’ sebagai ‘Tuan’ bagi semua makhluk termasuk diri kita. Allah telah banyak memberi contoh pada kita, manusia yang sombong dengan Allah akan menerima padahnya lagi di dunia. Wal iyazubillah.
Marilah kita berdoa pada Allah, semoga Allah menganugerahkan rasa hamba yang kekal dalam diri kita hingga ke penghujung hayat kita.
ALLAH CINTA AGUNG
TAKUTLAH KEPADA ZAT YANG MAHA AGUNG
Engkau tidak takutkah kepada satu zat yang maha agung?
Yang pengetahuan-Nya tidak lepas daripada engkau.
Yang senantiasa melihat dan mendengar setiap detik.
Yang dapat menyuluh lahir dan batin engkau.
Apa yang engkau lakukan semuanya dirakam dan dicatat.
Bahkan lintasan hati engkau juga dirakam.
Apa lagi gerak -geri engkau.
Apa yang terjadi kapada engkau semuanya dinilai.
Apakah ada nilai Syurga atau Neraka.
Itulah Dia Allah Yang Maha Berkuasa, Tuhan engkau.
Sifat yang ada padanya baik itu ilmu-Nya,
Kuasa-Nya atau Kehendak-Nya.
Semuanya bersifat Maha, Maha, Maha.
Maha Agung, Maha tinggi, Maha suci, Maha berkuasa,
Maha Mengetahui dan lain-lain lagi.
Engkau adalah ciptaan-Nya, hamba-Nya yang hina.
Kalau engkau mempunyai dunia sekalipun.
Apa lagi engkau tidak mempunyai dunia.
Engkau hanya mempunyai dunia sedikit saja.
Ibarat engkau mendapat setitis air lautan.
Hinanya, Lemahnya, dan tidak ada kuasa langsung
jika berhadapan dengan Tuhan.
Kemudian engkau dapat melupakan Tuhan begitu saja.
Engkau hanya melihat dan merasakan kebesaran engkau.
Yang hakikatnya engkau tidak ada kebesaran apa-apa.
Kalau Tuhan hentikan saja nafas engkau.
Engkau matilah secara tiba-tiba.
Masya-Allah.. terlalu lemah dan kerdilnya engkau.
Kemudian engkau mahu melawan Tuhan?!
⌾Abu Nizam⌾
BUTIR MUTIARA 💖
MEMBANGUN TAMADUN MANUSIA
Petikan dari : http://www.majalahummati.com
⏣ Tujuan ibadah, maksud pelajaran, matlamat pendidikan dan seterusnya membangun dan berkemajuan adalah untuk membangunkan akhlak yang mulia, kalau tidak dapat melahirkan akhlak yang mulia melalui usaha-usaha tadi, artinya usaha-usaha kita melalui yang tersebut tadi gagal dan kecundang ⏣ ~ {abu adib}
Fitrah manusia inginkan kamajuan, inginkan pembangunan dan peradaban atau tamadun. Tetapi bagaimana membangun tamadun yang selamat.?
⌾ ..manusia berhasil membangunkan dunianya, tetapi akhlaknya runtuh. Dunianya terbangun tetapi hasilnya atau pengaruhnya buruk. Terjadilah perpecahan, hasad dengki.⌾
Kalau tamadun itu semata-mata hanya tamadun lahiriah , tidak berdasarkan tamadun rohaniah, maka manusia berhasil membangunkan dunianya, tetapi akhlaknya runtuh. Dunianya terbangun tetapi hasilnya atau pengaruhnya buruk. Terjadilah perpecahan, hasad dengki atau bertengkar antara satu dengan yang lain. Akhirnya manusia saling berbunuhan, saling berperang dan memusnahkan kembali tamadun lahiriah yang sudah manusia bangunkan.
Oleh karena itu untuk memastikan pembangunan lahiriah atau tamadun lahiriah kita selamat dan sejahtera, harus dipastikan bahawa pembangunan lahiriah dibangun berdasarkan atau berasaskan pembangunan rohaniah. Fitrah manusia harus dikembalikan kesuciannya. Untuk itu harus dimulai dengan Iman dan Taqwa. Harus diisi dengan rasa-rasa takutkan Allah swt dan rindukan Rasulullah saw. Fitrah manusia harus dikembalikan kepada rasa-rasa kehambaan dan rasa-rasa bertuhan.
Dengan demikian tamadun lahiriah yang manusia bangunkan akan dapat dipastikan kejayaan dan keselamatannya. Lebih-lebih lagi yang kita harapkan adalah kesejahteraan dan kebahagiaan kita di akhirat nanti.
Inilah yang sedang sangat perlu dibangunkan di dalam diri kita dan di mana-mana sahaja, dalam aspek kehidupan.