Monthly Archives: April 2024
KISAH IMAM BESAR
Tulisan ini sungguh panjang…
Tapi sebagai seorang Cikgu, Guru kita wajib baca….sebagai panduan dan pedoman bagaimana kita menyantuni anak murid kita yang pelbagai kebolehan mereka…
Sebagai Guru kitalah paling banyak diuji KESABARAN…
Sungguh Menyentuh Hati, Sebenarnya Imam Syafi’i memiliki Murid “Slow Learner” dan Begini Cara Beliau Mengajarnya.
__
Sangat menyentuh hati kita semua pada apa yang ditulis oleh Imam Baihaqi dalam kitab Manaqib Imam Syafii, bagaimana cara Imam Syafii, sebagai guru mengajar salah satu muridnya yang sangat lamban dalam memahami pelajaran.
Sang Murid itu adalah Ar Rabi’ bin Sulaiman, murid paling slow learner. Berkali-kali diterangkan oleh sang guru Imam Syafii, tapi Robi’ tidak juga faham. Setelah menerangkan pelajaran, Imam Syafii bertanya,
“Rabi’ Sudah faham atau belum ?”
“Belum faham, ”jawab Rabi’.
Dengan kesabaranya, sang guru mengulang lagi pelajaranya, lalu ditanya kembali, ”sudah faham, belum? Belum.
Berulang diterangkan sampai 39x Rabi’ tidak juga paham.
Rabi’ rasa ini telah mengecewakan gurunya dan juga malu pada diri sendiri, maka Rabi’ beringsut perlahan-lahan keluar dari majlis ilmu. Selesai memberi pelajaran Imam Syafii mencari Robi’, melihat muridnya. Imam Syafi’i berkata, ”Robi’ kemarilah, datanglah ke rumahku!”.
Sebagai seorang guru, sang imam sangat memahami perasaan muridnya, maka beliau menjemputnya untuk belajar secara perseorangan.
Sang Imam mengajarkan Rabi’ secara perseorangan, dan ditanya kembali, ”Sudah paham belum ?
Hasilnya? Rabi’ bin Sulaiman tidak juga paham.
Apakah Imam Asy-Syafi’i berputus asa?
Menganggap Rabi’ bin Sulaiman sebagai murid bodoh? Sekali-kali tidak. Beliau berkata,
”Muridku, sebatas inilah kemampuanku mengajarimu. Jika kau masih belum faham juga, maka berdoalah kepada Allah agar berkenan mencurahkan ilmu-Nya untukmu. Saya hanya menyampaikan ilmu. Allah-lah yang sebenar-benar memberikan ilmu dan kefahaman. Andai ilmu yang aku ajarkan ini sesendok makanan, pastilah aku akan menyuapkannya kepadamu.”
Mengikuti nasihat gurunya, Rabi’ bin Sulaiman begitu tekun bermunajat berdoa kepada Allah dengan penuh khusyuk. Ia juga membuktikan doa-doanya dengan kesungguhan dalam belajar. Keikhlasan, kesolehan, dan kesungguhan, inilah amalannya Rabi’ bin Sulaiman.
Tahukah kita? Rabi’ bin Sulaiman kemudian berkembang menjadi salah satu ulama besar Mazhab Syafie dan termasuk sebagai perawi hadis yang sangat disegani dan dipercayai dalam periwayatannya.
Sang slow learner bermetamorfosis menjadi seorang ulama besar.
Inilah hasil dari kesabaran Imam As-Syafie dalam mengajar dan mendidik.
Adakah kita, para guru dan orang tua boleh mencontohi kesabaran Imam Syafie dalam mengajar?
Berapa banyak kita meyakini bahawa sebenarnya tidak ada anak dan murid yang bodoh?
Sudahkan kita, para guru dan orang tua mendoakan anak-anak dan murid kita agar diberi kefahaman dalam pelajaran?
Sudahkan kita, para guru dan orang tua memotivasikan anak-anak dan murid kita agar gigih berdoa kepada Allah Taala?
Terima kasih utk ingatan ini.
“TETAPLAH BERPRASANGKA BAIK KEPADA ALLAH WALAU DALAM KEADAAN TIDAK BAIK SEKALIPUN”
Seorang wanita tua datang kepada Nabi Daud as dan mengadu :
Wahai Nabi Allah, apakah Tuhanmu dzolim atau adil?
Berkata Nabi Daud as;
“Celaka engkau wahai wanita, Dia Maha Adil tak ada yang menandinginya.
Apa maksudmu berkata demikian?”
Wanita itu berkata; “
Aku seorang janda dan memiliki 3 anak perempuan, dan aku yang menafkahinya dengan menyulam ( bordir ) benang diatas kain dan menjualnya kepasar.
Kemarin ketika aku sedang menyulam dikain warna merah dan hampir selesai, tiba² datang seekor burung yang merebut kain berikut benangnya yang siap aku jual kepasar.
Maka aku bersedih karena tidak punya sesuatu yang bisa aku jual untuk aku belikan sesuatu bagi anak²ku.
Ditengah² percakapan Nabi Daud dengan wanita itu, tiba² ada yabg mengetuk pintu rumah Nabi Daud, maka dipersilahkan masuk dan ternyata 10 orang saudagar kaya masing² membawa 100 dinar dan diberikan kepada Nabi Daud seraya berkata :
“Yaa Nabi Allah, berikan harta ini kepada yang berhak menerimanya.
Nabi Daud as tidak langsung menerima harta tersebut tapi malah bertanya;
“Apa yang menyebabkan kalian bawa harta ini kepadaku?
Maka diceritakan oleh mereka ;
Yaa Nabi Allah, kami bersama sedang naik perahu, kebetukan datang angin kencang dan badai yang menggoncangkan perahu kami, setelah reda ternyata perahu kami berlubang sehingga air laut masuk kedalam perahu kami.
Kami ketakutan dan bernazar pada Allah, jika kami selamat dari karam, maka setiap kami akan bersedekah 100 dinar. Tak lama setelah ikrar kami itu, datanglah seekor burung membawa kain warna merah dengan sulaman yg indah tapi belum selesai berikut benangnya.
Kain tersebut dilemparkan pada kami, maka segeralah kami ambil dan kami sumbatkan pada lubang diperahu kami, dan selamatlah kami dari karam yang akan menimpa perahu kami jika tidak kami sumbat oleh kain tersebut. Terimalah harta ini dan begikan pada yang berhak.
Kemudian Nabi Daud as berpaling pada wanita itu dan berkata.:
Tuhan telah berdagang denganmu didaratan maupun dilautan, janganlah berprasangka buruk pada Nya.
Terimalah 1000 dinar ini dan belanjakanlah untuk putri²mu.
Satu pelajaran buat kita. Jangan pernah berburuk sangka pada Allah. Sungguh Allah lebih menyayangi kita lebih dari ibu kita yang menyayangi kita.
SEMOGA BERMANFAAT
Di hati hanya Allah