PAHLAWAN YANG TERBILANG!
“Aku adalah orang ketiga yang memeluk Islam, dan orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah”
Demikianlah Sa’ad bin Abi Waqqas mengenalkan dirinya. Ia adalah orang ketiga yang memeluk Islam, dan orang pertama yang melepaskan anak panah dari busurnya di jalan Allah.
Sa’ad bin Abi Waqqas bin Wuhaib bin Abdi Manaf hidup di tengah kaum Bani Zahrah yang merupakan pakcik Rasulullah SAW. Wuhaib adalah datuk kepada Sa’ad dan beliau adalah pakcik kepada Aminah binti Wahab, yaitu ibunda Rasulullah.
Sa’ad dikenali orang kerana ia adalah pakcik Rasulullah SAW. Dan baginda sangat bangga dengan keberanian dan kekuatan, serta ketulusan iman yang ada pada Sa’ad. Nabi bersabda, “Ini adalah pakcikku, perlihatkanlah kepadaku pakcik kalian!”
Keislamannya termasuk beliau termasuk yang paling awal, karena ia mengenal baik peribadi Rasulullah SAW. Mengenal kejujuran dan sifat amanah baginda. Ia sudah sering bertemu Rasulullah sebelum baginda diutus menjadi nabi. Rasulullah juga mengenal kebaikan Sa’ad. Hobinya berperang dan orangnya pemberani. Sa’ad sangat jaguh memanah, dan selalu berlatih sendiri.
Kisah keislamannya sangatlah cepat, dan ia pun menjadi orang ketiga dalam deretan orang-orang yang pertama masuk Islam, Assabiqunal Awwalun.
Sa’ad adalah seorang pemuda yang sangat patuh dan taat kepada ibunya. Sedemikian dalam sayangnya Sa’ad pada ibunya, sehingga seolah-olah cintanya hanya untuk sang ibu yang telah memeliharanya sejak kecil hingga dewasa, dengan penuh kelembutan dan berbagai pengorbanan.
Ibu Sa’ad bernama Hamnah binti Sufyan bin Abu Umayyah adalah seorang wanita hartawan keturunan bangsawan Quraisy, yang memiliki wajah cantik dan anggun. Disamping itu, Hamnah juga seorang wanita yang terkenal cerdik dan memiliki pandangan yang jauh. Hamnah sangat setia kepada agama nenek moyangnya; penyembah berhala.
Pada suatu hari, Abu Bakar As-Siddiq mendatangi Sa’ad di tempat kerjanya dengan membawa berita dari langit tentang diutusnya Muhammad SAW, sebagai Rasul Allah. Ketika Sa’ad menanyakan, siapakah orang-orang yang telah beriman kepada Muhammad SAW. Abu Bakar mengatakan dirinya sendiri, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
Seruan ini mengetuk kalbu Sa’ad untuk menemui Rasulullah SAW, untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia pun memeluk agama Allah pada saat usianya baru menginjak 17 tahun. Sa’ad termasuk dalam deretan lelaki pertama yang memeluk Islam selain Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As Siddiq dan Zaid bin Haritsah.
Setelah memeluk Islam, keadaannya tidak jauh berbeza dengan kisah keislaman para sahabat lainnya. Ibunya sangat marah dengan keislaman Sa’ad. “Wahai Sa’ad, apakah engkau rela meninggalkan agamamu dan agama bapamu, untuk mengikuti agama baru itu? Demi Allah, aku tidak akan makan dan minum sebelum engkau meninggalkan agama barumu itu,” ancam sang ibu.
Sa’ad menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan agamaku!”
Sang ibu tetap nekat, karena ia mengetahui bahwa Sa’ad sangat menyayanginya. Hamnah mengira hati Sa’ad akan luluh jika melihatnya dalam keadaan lemah dan sakit. Ia tetap mengancam akan terus melakukan mogok makan.
Namun, Sa’ad lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya. “Wahai Ibunda, demi Allah, seandainya engkau memiliki 70 nyawa dan keluar satu persatu, aku tidak akan pernah mahu meninggalkan agamaku selamanya!” tegas Sa’ad.
Akhirnya, sang ibu yakin bahwa anaknya tidak mungkin kembali seperti sedia kala. Dia hanya dirundung kesedihan dan kebencian.
Allah SWT mengekalkan peristiwa yang dialami Sa’ad dalam ayat Al-Qur’an, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).
Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW, sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke langit seolah mendengar bisikan dari malaikat. Kemudian Rasulullah kembali menatap para sahabatnya dengan bersabda, “Sekarang akan datang di hadapan kalian seorang lelaki penghuni syurga”
Mendengar ucapan Rasulullah SAW, para sahabat memandang ke kanan dan ke kiri pada setiap arah, untuk melihat siapakah gerangan lelaki berbahagia itu yang menjadi penghuni syurga. Tidak lama kemudian datanglah lelaki yang ditunggu-tunggu itu, dialah Sa’ad bin Abi Waqqas.
Disamping terkenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, Sa’ad bin Abi Waqqas juga terkenal karena keberaniannya dalam peperangan membela agama Allah. Ada dua hal penting yang dikenal orang tentang kepahlawanannya. Pertama, Sa’ad adalah orang yang pertama melepaskan anak panah dalam membela agama Allah dan juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Ia menyertai Nabi Saw hampir dalam setiap pertempuran.
Kedua, Sa’ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah SAW dengan jaminan kedua orang tua baginda. Dalam Perang Uhud, Rasulullah SAW bersabda, “Panahlah, wahai Sa’ad! Ayah dan ibuku menjadi jaminan bagimu.”
Sa’ad bin Abi Waqqash juga dikenal sebagai seorang sahabat yang doanya sentiasa dikabulkan Allah. Qais meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Ya Allah, kabulkanlah doa Sa’ad jika dia berdoa.”
Sejarah mencatat, hari-hari terakhir Sa’ad bin Abi Waqqas adalah ketika ia memasuki usia 80 tahun. Dalam keadaan sakit, Sa’ad berpesan kepada para sahabatnya agar ia dikafankan dengan jubah yang digunakannya dalam Perang Badar—perang kemenangan pertama untuk kaum Muslimin.
Pahlawan perkasa ini menghembuskan nafas yang terakhir pada tahun 55 H dengan meninggalkan kenangan indah dan nama yang harum. Ia dimakamkan di pemakaman Baqi’, makamnya para syuhada.
Leave a Reply