Tag Archives: anak yatim dalam islam
APAKAH BEZA ANTARA SOLAT DAN IBADAH?
“SESUNGGUHNYA SEMBAHYANGKU, IBADAHKU, HIDUPKU DAN MATIKU HANYALAH UNTUK ALLAH, TUHAN SEKALIAN ALAM”
SOLAT- Adalah satu ibadah yang sangat besar dan agung, yang diberi kepada Rasulullah SAW tanpa melalui perantaraan malaikat Jibril AS, iaitu ketika Isra’ dan Mi’raj, daripada solat itulah akan terbentuknya diri yang model, keluarga yang model, masyarakat yang model dan yang paling besar ialah negara yang model.
IBADAH- Adalah segala pekerjaan atau perbuatan seperti tidur, baring, makan, minum dan sebagainya, kemudian diniat menjadi sebagai ibadah dan pekerjaan atau perbuatan itu tidak melanggar 5 syarat ibadah iaitu:
- NIAT MESTI BETUL
- PERLAKSANAAN MESTI TEPAT
- PEKERJAAN ATAU PERBUATAN TIDAK MELANGGAR SYARIAT
- NATIJAH PERLU TEPAT
- TIDAK MENINGGALKAN IBADAH YANG ASAS
Seorang Sahabat, Pelayan RSAW Dan juga Perawi Hadith!
ANAS bin Malik RA masuk Islam saat usiannya belum genap 10 tahun. Dia terus bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam dan mengabdi kepada beliau menghadap ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala. Saat itu usia Anas bin Malik RA 21 tahun.
Nama lengkap beliau Abu Hamzah atau Abu Tsumamah Anas bin Malik bin Nadlar Al-Khazraji Al-Anshari, berasal dari Bani Najjar. Ibunya bernama Ummu Salma Sahlah binti Malik bin Khalid, isteri kepada Malik bin Nadlar. Malik pergi ke Negeri Syam dan meninggal dunia disana. Setelah itu Ummu Salma dipinang oleh Abu Thalhah Zaid bin Sahal. Dia hendak menikah dengan Abu Thalhah dengan syarat ia mahu masuk Islam.
Ummu Salma menjadikan keislaman Abu Thalhah sebagai mas kahwinnya. Pernikahan itu terjadi antara Bai’ah Aqabah pertama dan kedua. Dan Abu Thalhah turut serta dalam Bai’ah Aqabah kedua.
Saudara kandungnya, Al-Bara’ bin Malik adalah salah satu pahlawan Islam yang gagah berani dan gugur dalam Perang Tustur. Anas bin Malik RA lahir pada tahun ke-3 kenabian atau 10 tahun sebelum hijrah. Dia masuk Islam melalui ibunya ketika Nabi SAW hijrah ke Madinah. Jadi, Anas bin Malik RA termasuk Sahabat Nabi yang sangat muda. Kemudian Anas bin Malik RA dikurnia anak-anak dan keturunannya yang banyak. Hal itu dia peroleh berkat do’a Rasulullah SAW untuknya.
“Yaa Allah, berikanlah dia harta dan anak yang banyak dan berikanlah keberkatan kepadanya.” Maka Anas bin Malik RA pun dikurnia harta yang banyak dan melimpah.
Dia juga dikurnia anak-anak dan cucu-cucu yang ramai. Jumlahnya hampir 100 orang. Anak-anaknya antaranya bernama Abu Bakar, Ubaidillah, Nadlar dan Musa
BERGURU KEPADA RASULULLAH SAW
Setelah masuk Islam Anas bin Malik RA terus menantikan hijrah Nabi SAW ke Madinah. Maka tatkala beliau tiba di Madinah kedua orang tuanya terus membawa Anas bin Malik kepada Nabi SAW agar diterima menjadi pelayan beliau.
Rasulullah SAW menerima kehadiran Anas bin Malik RA sebagai pelayannya. Rasulullah SAW mengasuh Anas bin Malik RA dan memeperlakukannya dengan baik. Beliau bahkan sering memanggilnya: “Nak !” sebagaimana diriwayatkan oleh At- Tirmidzi dari Anas bin Malik RA bahwasannya Rasulullah SAW pernah bersabda kepadannya: “Nak! Kalau kamu boleh memasuki waktu pagi dan petang dengan hati yang bersih dari rasa hasad dengki kepada seseorang, lakukanlah.” Kemudian beliau bersabda “Nak! Itu adalah sebahagian dari Sunnahku. Barangsiapa yang menghidupkan Sunnahku bererti dia mencintaiku. Dan barangsiapa yang mencintaiku dia pasti akan bersamaku di Surga.”
Dan Nabi SAW memperlakukan Anas bin Malik RA dengan kelakuan yang sangat lembut. Bahkan Anas bin Malik RA pernah mengatakan: “Aku melayani Rasulullah SAW selama 10 tahun. Demi Allah , beliau sama sekali tidak pernah mengatakan: ‘Ah! Kepadaku. Beliau juga tidak pernah bertanya kepadaku: “Mengapa kamu berbuat begitu? Atau mengapa kamu berbuat begitu? ”
Anas bin Malik RA mendapatkan anugerah yang sangat besar dari Rasulullah SAW. Yaitu bahwa beliau berjanji akan memberikan syafa’at kepadannya. Anas bin Malik SAW mengatakan: “Aku pernah meminta kepada Nabi SAW agar beliau berkenan memberiku syafa’at pada Hari Kiamat kelak. Lalu beliau bersabda: “Ya aku akan melakukannya”. Kemudian aku bertanya: ‘Ya Rasulullah, di mana aku harus mencarimu? Beliau menjawab: ‘Pertama carilah aku di atas titian sirat(jambatan )’. ‘Jikalau aku tidak menemukanmu di atas shirath?’. Beliau menjawab: ‘Carilah aku di mizan (timbangan amal)’. Jikalau aku tidak menemukanmu di mizan? Tanyaku lagi. Beliau menjawab: ‘Carilah aku di haudl (telaga). Karena aku tidak akan tidak ada dari tiga tempat itu.
MERIWAYATKAN HADITH
Anas bin Malik RA dengan Nabi SAW semenjak beliau hijrah ke Madinah sampai menghadap Allah SAW, memberinya kesempatan yang luas untuk meriwayatkan hadits sebanyak-banyaknya dari Nabi SAW. Jumlah Hadits yang diriwayatkan oleh para perawi dari Anas bin Malik RA mencapai 2286 buah Hadits. Dan tidak ada sahabat lain yang jumlah periwayatkan Haditsnya melebihi Anas bin Malik RA selain Abu Hurairah RA dan Abdullah bin Umar RA.
Anas bin Malik RA menjaga amanah ini dengan baik dan menyampaikannya seperti apa yang didengarnya. Dan selepas peninggalan Nabi SAW, Anas bin Malik RA pun menjadi guru besar bagi imam-imam besar, seperti Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin, Said bin Jubair, Qatadah, Az-Zuhri dan Umar bin Abdul Aziz. Namun apa yang diriwayatkan oleh para perawi itu tidak semuanya di dengar langsung oleh Anas bin Malik RA dari Nabi SAW.
Dengan kata lain sebahagian besar berasal dari mulut Nabi SAW ke telinga Anas bin Malik RA , dan sisanya dia dengar dari Abu Bakar , Umar bin Khattab, Ubadah bin Shamit, Muadz bin Jabal, Abdullah bin Mas’ud atau Abu Hurairah RA yang mendengar langsung dari Nabi SAW. Al-Hakim menceritakan bahwa Anas bin Malik RA pernah menyampaikan Hadits dari Rasulullah SAW. Kemudian ada yang bertanya: “Engkau mendengarnya terus dari Rasulullah SAW? ” Anas bin Malik RA menjawab : Demi Allah , tidak semua hadits yang kami sampaikan kepada kalian itu kami dengar langsung dari Rasulullah SAW satu sama lain, dan kami tidak saling curiga-mencurigai. Kesemua jumlah hadits yang dihafalnya tidaklah sedikit, dia sangat berhati-hati dan tidak gopoh dalam menyampaikan riwayat supaya dapat ia terhindar dari kesalahan. Dengan kata lain dia tidak menceritakan sesuatu yang dia yakini kebenarannya dan hafalannya. Anas bin Malik RA pernah berkata: “ Sekiranya aku pernah dengar dari Rasulullah SAW. Beliau pernah bersabda: “Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, hendaklah ia menempati tempat duduknya di Neraka”.
Rasulullah SAW pernah melarang para sahabat mencatat Hadits beliau agar tidak tercampur dengan Al-Qur’an . Tetapi setelah penulisan Al-Qur’an sempurna dan wahyu telah berhenti sepeninggal Rasulullah SAW, maka tidak ada lagi alasan untuk melarang penulisan Hadits. Dan Anas bin Malik RA adalah salah satu orang yang mencatat hadits Nabi SAW. Dia pernah berkata : “Ikatlah ilmu dengan tulisan ”
SEDIKIT KISAH MENGENAI ANAS BIN MALIK
Keistimewaan terpenting yang dimiliki oleh sahabat Nabi SAW ini ialah ketekunannya dalam menyampaikan hadits-hadits Nabi kepada umat islam. Itulah kesibukan yang paling utamanya sampai akhir hayatnya. Abu Bakar RA pernah menugaskan Anas bin Malik memungut Zakat di Bahrain atas usulan Umar bin Khathab . Karena Umar bin Khathab RA pernah berkata: “Kirimilah dia (Anas bin Malik) karena dia benar-benar pandai menulis.” Dan tatkala Abu Musa Al-Asy’ari memegang jawatan sebagai Gubenor Bashrah, Anas bin Malik dijadikan sebagai orang dekatnya. Abu Musa bahkan menyuruh Anas bin Malik untuk mewakilinya menghadap kepada Umar bin Khathab RA . Dan dia juga menugaskan Anas bin Malik RA memimpin kawasan Persia. Kemudian tatkala Abdullah bin Zubair dibai’ah menjadi Khalifah, Anas bin Malik RA ditunjuknya menjadi Gubenor Bashrah selama beberapa waktu.
Kesibukan Anas bin Malik dalam menekuni Hadits Nabi tidak menjadi penghalang baginya untuk berjuang di medan jihad. Anas bin Malik terlibat dalam Perang Badar dan Perang Uhud.
Ketika itu Anas bin Malik bertugas melayani keperluan Nabi SAW . Anas bin Malik terlibat dalam Perang Khandaq sebagai seorang pejuang yang mampu mematahkan leher orang-orang musyrik dan menjatuhkan mereka.
Setelah Nabi wafat, Anas bin Malik ikut serta dalam perang melawan orang-orang murtad dan mendapatkan kemenangan yang gemilang . Anas bin Malik juga pernah terjun ke medan Perang Qadisiyah . Kebetulan Anas bin Malik mahir memanah. Setelah Perang Tustur yang berakhir dengan kemenangan yang sangat gemilang . Abu Musa Al-Asy’ari, panglima perang tersebut menugaskan Anas bin Malik membawa para tawanan dan rampasan perang kepada Amirul Mukminin, Umar bin Khathab.
Anas bin Malik datang kepada Umar bin Khathab dengan membawa pimpinan Tustur, Hurmuzan.
Di masa akhir hidupnya, Anas bin Malik tinggal di salah satu sudut kota Bashsrah hingga usianya lebih dari 100 tahun. Di sana Anas bin Malik jatuh sakit dan terus berkata kepada orang-orang yang ada disekitarnya: “Tuntunlah aku membaca Laa ilaha illallah.” Anas bin Malik tidak berhenti membaca kalimat tauhid itu sampai menghembuskan nafas terakhirnya. Peristiwa itu terjadi pada tahun 93 Hijriyah. Ada yang menyatakan bahwa Anas bin Malik adalah Sahabat Nabi yang paling akhir meninggal dunia. Namun ada pendapat lain yang menyatakan bahwa setelah Anas bin Malik masih ada satu orang sahabat Nabi yang hidup, yaitu Abu Thufail Amir bin Watsilah Al-Laitasi yang wafat pada tahun 100 Hijriyah.*
DENGAN KITA BERCERITA DAN MEMBACA TENTANG PARA SAHABAT NABI SAW, SEMOGA KITA DAPAT MENCONTOHI MEREKA, YANG MANA DIAKHIR ZAMAN INI PENUH DENGAN SEGALA MACAM FITNAH….
KISAH SAIDINA ABDULLAH DZUL BAJADAIN (yang memiliki dua potong kain)
sebuah kisah yang sangat menyentuh hati tentang keistiqomahan seorang sahabat Rasulullah dalam menjalankan agamanya.Namanya adalah Abdullah Dzul Bajadain (ertinya: yang memiliki dua potong kain), itu merupakan nama pemberian Rasulullah. Namanya yang sebenarnya adalah Abdul Uza al Mazani. Ia berasal dari sebuah kabilah Mazaniah yang terletak di antara Mekah dan Madinah.
Ia telah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya sejak masih kecil, karena itulah ia tinggal bersama pakciknya. Pakcik beliau adalah seorang yang sangat kaya. Banyak harta yang telah dikeluarkannya untuk membiayai Abdul Uza. Ketika ia berumur 16 tahun, ia hidup bergelimang harta. Sehingga beliau mengenakan pakaian buatan luar. Beliau juga memiliki 2 ekor kuda yang selalu digunanya bergantian. Tapi sayang sekali, beliau dan kaum bangsanya masih menyembah berhala.
Suatu saat ketika ia sedang dalam perjalanan, ia bertemu dengan para Muhajirin. Ia pun melakukan perbincangan dengan mereka dan setelah berbincang, akhirnya ia pun sedar dan memutuskan untuk memeluk agama Islam. Keadaannya pun berubah. Setiap kali melihat ada sahabat yang berhijrah dari Mekah dan Madinah, ia berlari dan mengikutinya seraya berkata, “Tunggulah aku sampai aku mendengar dari kalian Al Quran. Aku ingin menghapal satu ayat baru dari kalian.” Bayangkan bagaimana tekadnya untuk menuntut ilmu agama lebih dalam, di saat para sahabat merasa jiwanya terancam serta ketakutan akan adanya mata-mata kaum Quraisy. Dalam fikiran Abdul Uza saat itu hanya ingin mendekatkan diri kepada Allah saja.
Akhirnya ada seorang sahabat yang berkata, “Mengapa engkau menunggu di negerimu (Mekah) dan tidak pergi hijrah ke Madiah?”. Ia pun menjawab bahwa ia tidak akan berhijrah kecuali setelah ia mengambil tangan pakciknya untuk menjemput kepada hidayah.
Ia pun menetap dalam kabilahnya selama 3 tahun. Tetapi ia tetap berpegang teguh pada agama Islam walaupun seluruh kaumnya jauh dari ketaatan dan menyembah berhala. Selama 3 tahun lamanya ia memaksakan diri untuk tetap istiqomah. Apabila ia ingin beribadah kepada Allah maka ia akan pergi keluar dari kaumnya ke tengah-tengah padang pasir. Selama ini ia menyembunyikan keislamannya dari hadapan orang ramai.
Setiap hari ia pergi menemui pakciknya seraya berkata’ “Wahai Pakcikku, aku mendengar bahwa ada seorang lelaki bernama Muhammad yang berkata ini dan itu”. Kemudian ia pun membacakan ayat-ayat al Quran di hadapan sang Pakcik. Namun pakciknya malah mencercanya habis-habisan. Selama 3 tahun itu, ia mengalami masa yang sangat berat. Akhirnya kesabarannya pun sampai pada puncaknya.
Ia pun menemui pamannya dan berkata, “ Wahai Pakcik, aku lebih memilih Rasulullah daripada Engkau. Aku tidak dapat berpisah dengannya. Aku memberitahumu bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusannya. Aku akan berhijrah kepadanya. Jika engkau mau pergi bersamaku, aku akan menjadi orang yang paling bahagia.”
Pamannya pun menjawab, “Jika kau mengabaikan semuanya selain Islam, maka aku akan mengharamkan semua yang ada menjadi milikmu.
Ia menjawab, “Wahai Pakcik, berbuatlah sesukamu, karena aku lebih memilih Allah dan Rasul-Nya.”
Pakciknya pun melakukan hal yang tidak dapat diterima oleh akal, “Kalau kau tetap memaksa, maka aku akan mengharamkan harta bagimu hingga baju yang melekat di badanmu itu.” Pakciknya pun berdiri dan menggunting bajunya. Abdul Uza pun hampir seperti orang yang telanjang. Namun beliau pun tetap keluar dalam keadaan seperti itu. Ketika keluar beliau menemui selembar kain dan membaginya menjadi 2 bagian, lalu memakainya seperti kain ihram.
Ia pun kemudian berhijrah dan menemui Rasulullah untuk pertama kalinya. Sungguh tidak boleh dibayangkan betapa besar istiqomahannya kepada Rasulullah sekalipun ia tidak pernah bertemu dengannya. Rasulullah pun bertanya, “Siapakah Anda?’
“Aku adalah Abdul Uza”
Rasulullah pun kembali bertanya, “Mengapa kamu berpakaian seperti ini?”
Ia menjawab, “Pakcikku telah berbuat ini kepadaku. Aku telah memilih engkau, wahai Rasulullah dan bersabar selama 3 tahun lamanya, hingga aku boleh datang kepadamu dalam keadaan istiqomah (tetap) taat kepada Allah.”
“Benarkah kau telah melakukan hal itu?”, kata Rasulullah.
“Benar wahai Rasulullah.”
“Mulai hari ini engkau bukanlah Abdul Uza, engkau adalah Abdullah Dzul Bajadain. Allah telah mengganti 2 kain itu dengan tempat tinggal dan kain di dalam surga, yang dapat engkau pakai bila-bila pun engkau suka dan dapat kau gunakan bila-bila pun engkau suka.”
Semenjak saat itu beliau sentiasa ikut berjuang bersama Rasulullah, hingga syahid dalam perang Tabuk pada usia 23 tahun.
Ibnu Mas’ud menceritakan hari dimana Abdul Uza wafat. Ia berkata, “ Aku tidur dalam cuaca yang sangat dingin dan dalam keadaan takut akan pekatnya malam. Aku mendengar suara orang yang menggali tanah dan hal itu menjadi tanda tanya bagiku. ‘Siapakah yang menggali tanah malam-malam begini dan dalam cuaca yang sangat dingin?’ Akupun melihat pada tempat tidur Rasulullah dan tidak mendapatkan beliau di sana, Lalu aku melihat tempat tidur Umar, aku juga tidak menemukannya. Kualihkan pandanganku ke tempat tidur Abu Bakar dan aku tidak menemukannya juga.
Aku pun keluar dan melihat Abu Bakar dan Umar sedang memegang lilin, sedangkan Rasulullah sedang menggali tanah. Aku datang kepada beliau dan berkata, “Apa yang engkau lakukan wahai Rasulullah?”
Beliau mengangkat kepalanya ke arahku dengan kedua mata yang dipenuhi dengan air mata, “Saudaramu Dzul Bajadain telah meninggal.”
Aku berpaling kepada Umar dan Abu Bakar dan berkata, “Mengapa kalian biarkan Rasulullah menggali sendiri, sedang kalian hanya berdiri saja?.”
Abu Bakar menjawab, “Rasulullah sendiri yang ingin menggali kuburannya (Abdullah)” Lalu Nabi mengulurkan tangannya ke arah Abu Bakar dan Umar, “Berikanlah kepadaku (jenazah) saudaramu itu.”
Lalu Nabi berkata, “Hantarkanlah kepergian saudaramu dengan doa karena sesungguhnya ia telah mencintai Allah dan Rasul-Nya”
Rasulullah pun meletakkan jasad itu ke dalam kubur dengan kedua tangannya sendiri. Air mata beliau pun jatuh membasahi kain kafan Abdullah Dzul Bajadain. Beliau lalu mengangkat tangannya ke arah langit sambil berdoa, “Ya Allah Aku bersaksi kepada Engkau, bahwa aku telah meridhai Dzul Bajadain, maka redhoilah ia.”
Rasulullah pun menguburkannya dengan kedua tangannya yang mulia dan berkata, “Ya Allah, rahmatilah dia karena ia telah membaca Al Qur’an atas dasar cinta kepada Rasulullah SAW.’
Sungguh beliau adalah salah seorang sahabat yang patut kita jadikan teladan. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kisah tersebut dan bersama-sama memperbaiki dan koreksi iman kita yang masih lemah ini….