Tag Archives: anak yatim piatu
Sungguh Mulianya Engkau YaRasulullah SAW
Begini Cara Rasulullah SAW Memuliakan Anak Yatim
Yatim, punya kedudukan tersendiri dalam Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda akan bertetangga di surga untuk orang yang memuliakan yatim. Pun begitu sebaliknya, ada ancaman bagi yang mengabaikannya.
Keagungnya ajaran Islam, terlihat dari bagaimana agama ini menempatkan anak yatim dalam posisi yang sangat tinggi, Islam mengajarkan untuk menyayangi mereka dan melarang melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyinggung perasaan mereka. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menerangkan tentang hal ini.
Dalam surat Al-Ma’un misalnya, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Tahukah kamu orang yang mendustakan Agama, itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin.”(QS. Al-ma’un : 1-3)
Orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan kepada fakir miskin, dicap sebagai pendusta Agama yang ancamannya berupa api neraka Dalam ayat lain, Allah juga berfirman, “Maka terhadap anak yatim maka janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap pengemis janganlah menghardik.”(QS. Ad-Dhuha : 9 – 10)
Keutamaan Memuliakan Yatim
Tak hanya membawa kebaikan dan kebahagiaan pada anak yatimnya, dengan memuliakannya ternyata yang melakukannya pun mendapatkan keutamaan di mata Allah subhanahu wa ta’ala. Dari Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang memberi makan dan minum seorang anak yatim di antara kaum muslimin, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, kecuali dia melakukan satu dosa yang tidak diampuni.”
Imam Ahmad dalam musnadnya meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu hadits yang berbunyi, “Dari Abu Hurairah, bahwa seorang laki-laki mengadu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan hatinya yang keras, lalu Nabi berkata, ‘Usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin.’”
Dilansir dari almanhaj.or.id, terdapat beberapa faedah penting yang terkandung dalam hadits ini. Di dalam kitab, Aunul Ma’buud, menjelaskan makna hadits ini adalah orang yang menyantuni anak yatim di dunia akan menempati kedudukan yang tinggi di surga dekat dengan kedudukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian dalam Syarhu Shahiihi Muslim, penjelasan selanjutnya dituliskan bahwa arti “menanggung anak yatim” adalah mengurusi dan memperhatikan semua keperluan hidupnya, seperti nafkah (makan dan minum), pakaian, mengasuh dan mendidiknya dengan pendidikan Islam yang benar.
Tak hanya dengan tegas Allah melarang untuk menyakitinya, namun Allah juga dengan tegas menjanjikan surga bersama dengan Rasulullah bagi orang yang menyantuni anak yatim. Tentunya ini berlaku bagi orang yang meyantuni anak yatim dari harta orang itu sendiri atau harta anak yatim tersebut jika orang itu benar-benar yang mendapat kepercayaan untuk itu.
PETIKAN * https://suaramuslim.net/cara-rasulullah-saw-memuliakan-yatim/
Kisah Pemilik Dua Kebun yang Sombong
Kisah dalam Al Qur’an
Marilah sama-sama kita mengambil pengajaran dan iktibar di dalam cerita ini*
Infak Dan Sedekah
Infak bermaksud membelanjakan harta pada jalan Allah SWT secara umum.
Dalam al-Quran, kalimah infak disamakan maksudnya dengan nafkah. Infak terbahagi kepada dua iaitu infak wajib dan infak yang tidak wajib.
Infak wajib termasuk zakat, bayaran kafarah, menunaikan nazar dan keperluan tanggungan wajib termasuk makan minum dan tempat tinggal untuk anak-anak, isteri dan ibu bapa.
Infak yang tidak wajib termasuk derma kepada pertubuhan kebajikan dan orang perseorangan, membantu program dakwah, bersedekah atas nama kemanusiaan dan sebagainya. Allah SWT menyebut perkataan infak dan nafkah sebanyak 49 kali dalam al-Quran. (Antaranya, ayat 215 surah al-Baqarah)
Saad bin Abi Waqas r.a. menceritakan bahawa Rasulullah SAW pernah bersabda: Nafkah (infak) yang kamu berikan semata-mata kerana Allah nescaya diberi pahala oleh Allah; bahkan apa yang kamu berikan untuk makanan isteri kamu (perbelanjaan rumah tangga) juga akan diberi pahala oleh Allah. (riwayat al-Bukhari)
Sedekah juga mempunyai makna yang umum. Sedekah boleh jadi infak atau zakat, malah sedekah boleh melibatkan apa-apa sahaja kebaikan yang dilakukan, sama ada melibatkan pemberian harta ataupun tidak melibatkan harta.
Tanggapan yang mengatakan sedekah adalah pemberian sunat semata-mata tidak tepat. Hakikatnya sedekah boleh jatuh hukum wajib dan boleh jatuh hukum sunat.
Hal ini berlaku demikian kerana ada ayat-ayat al-Quran yang memberi makna zakat pada perkataan sedekah. (rujuk firman Allah SWT dalam surah at-Taubah ayat 60)
Dalil untuk sedekah yang sunat pula adalah hadis Abu Hurairah r.a. bahawa Rasulullah SAW bersabda: Sesiapa bersedekah seberat biji kurma daripada usaha yang baik, dan tidak naik (sampai) kepada Allah melainkan yang baik, maka sesungguhnya Allah menyambutnya dengan tangan kanan-Nya. Kemudian Allah memelihara sedekah itu untuk pemiliknya, sebagaimana seorang kamu memelihara anak-anak kudanya sehingga menjadilah sedekah itu setinggi gunung. (riwayat al-Bukhari dan Muslim)