Tag Archives: Madinah
KISAH CINTA DAN RINDU UWAIS AL QARNI DENGAN RASULULLAH SAW
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk Syurga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan Syurga tak ada yang ketinggalan kerananya.
Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka tertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya. Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, kerana ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, kerana hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata :“Aku khawatir, nanti sebahagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.
Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekadar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya. Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya.
Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, kerana selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran.Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.
Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum.Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya.
Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, bilakah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat memerlukan khidmatnya dan tak rela ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata:“Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.
Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada jiran tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.
Sesudah mengucap selamat tinggal sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah Sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah.
Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, bilakah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”.Kerana ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemahuannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon izin kepada Sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.
Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, Sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya terpegun. Menurut maklumat dari Sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, kerana ibunya sudah tua dan sakit-sakit sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
Rasulullah SAW bersabda : “Kalau kamu semua ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada Sayyidina Ali k.w. dan Sayyidina Umar r.a. dan bersabda : “Suatu ketika, apabila kamu bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.
Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah berpindah tangan kepada Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada Sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka.
Di antara kafilah-kafilah itu ada yang merasa hairan, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawapan itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan Sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan solat. Setelah mengakhiri solatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabat tangan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit.
Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ?“Abdullah”, jawab Uwais.
Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah.
Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?”
Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”.
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka.
Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah:“Sayalah yang harus meminta do’a kepada tuan-tuan”.
Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata:“Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”.
Kerana desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar.
Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan wang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya.
Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.
Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya.Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan ditolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat.Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan solat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu.
“Wahai waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh.
Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”
Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang terjadi ?”“Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?”tanya kami.“Dekatkanlah diri kalian pada Allah ! ”katanya.
“Kami telah melakukannya.”“Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!”
Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut.
Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”.
“Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? ”Tanya kami.
“Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat.
Kemudian kami berkata lagi kepadanya, ”Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.”
“Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?” tanyanya.
“Ya,”jawab kami.
Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a.
Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.
Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.
Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.)
Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.
Penduduk kota Yaman tercengang.Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi menjadi terkenal di langit.
KURMA MADINAH
Ketika Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya untuk segera berangkat ke Tabuk menghadapi kaum kafir, mereka semua bersegera menyambutnya. Hanya beberapa orang sahabat yang tidak mengikuti peperangan tersebut, selain orang tua, para wanita dan anak-anak serta orang-orang munafik. Musim tuai kurma hampir tiba dan masa itu musim panas yang terik sedang melanda, sementara perbekalan dan persenjataan yang dimiliki sangat minima, akan tetapi Rasulullah SAW dan para sahabatnya tetap berangkat.
Di waktu itulah keimanan dan pengorbanan para sahabat diuji. Orang-orang munafik mulai menyebarkan desas-desus dan menghasut para sahabat agar tidak meninggalkan kebun kurma mereka dan tidak menyertai peperangan tersebut. Hasutan para munafiqin itu tidak hanya kepada para sahabat tetapi isteri para sahabat pun tidak luput dari hasutan mereka. Mereka para munafiqin itu berkata, “Suami-suami kalian pergi ke Tabuk sementara kurma di kebun-kebun kalian sebentar lagi ranum, siapakah yang akan mengurusnya. Mereka meninggalkan kesempatan yang bagus ini dan pergi meninggalkannya begitu saja”. Isteri-isteri para sahabat itu menjawab dengan keimanan mereka, “Pencari rezeki telah pergi dan pemberi rezeki telah datang”.
Pada masa itu Rasulullah SAW dan para sahabat dengan pertolongan Allah SWT kembali dari peperangan dalam waktu yang sangat singkat. Allah SWT menjaga kebun-kebun kurma dan keluarga mereka. Tidak satu pun buah kurma yang telah masak itu jatuh dari tangkainya, hasil mereka berlipat ganda hasilnya dan walaupun demikian harga kurma Madinah saat itu mencapai harga tertinggi sehingga para sahabat tidak mendapatkan kerugian sedikit pun. Sampai saat ini kurma Madinah adalah yang paling digemari dan terkenal di mana-mana.
SEKOLAH RASA HATI
SEKOLAH RASA HATI – MELAHIRKAN HAMBA DAN KHALIFAH ALLAH
Semua orang tahu bahawa sebaik-baik ilmu ialah ilmu yang praktikal atau ilmu yang bermunafaat atau berbuah yakni berhasil dalam kehidupan. Untuk apa ladang rambutan beratus ekar kalau ia tidak berbuah! Bersembahyang itu hasilnya ialah “Kemenangan Dunia Akhirat” dengan syarat setiap sekali bersembahyang bertambahnya rasa takut kepada Allah dan bertambah rindukan Nabi Muhammad SAW. Itulah khusyuk namanya yakni sembahyang dengan rasa hati.
Sembahyang yang sempurna lahir dan batin melahirkan masyarakat atau jemaah yang takut Allah dan rindu Nabi, inilah masyarakat bertaqwa. Mereka mampu praktikalkan Islam sebagai cara hidup. Inilah masyarakat aman, makmur dan mendapat keampunan Allah.
Formula Sekolah Rasa Hati yang dikeluarkan oleh Allah dan Rasul:
Awal-awal agama ialah mengenal Allah. Maknanya sesiapa yang betul-betul mahu berjaya dunia Akhirat, menjadi Muslim yang hakiki, hendaklah ia bermula atau berawal dengan mengenal Allah.
Allah tidak boleh dikenal dengan akal. Akal cuma tahu tentang Allah tapi untuk kenal dan cinta mestilah menggunakan hati. Akal mampu bercerita tentang Allah manakala hati rasa bangga, kagum dan cinta serta takut pada Allah. Akal tahu Nabi tapi hati mampu merindui Nabi.
Maka sesiapa mahu beragama, syaratnya kenalah dia bersekolah tentang hati dan rasa-rasa hati. Tidak cukup kalau ia hanya bersekolah akal dan sekolah ilmu tentang Allah. Sekolah rasa hati telah dibangunkan di muka bumi ini oleh para mursyid. Mereka golongan sufi, tasawuf dan tariqat. Mereka juga mempunyai tauhid dan aqidah yang tinggi. Sebab itu mampu mencapai ilmu tentang hal-hal hati manusia.
Roh atau hati diaktifkan dengan rasa-rasa yang suci melalui sembahyang. Sembahyang itu agung. Pendidikan Rasulullah itu ialah anak-anak 7 tahun disuruh sembahyang. Rasululah tidak perintahkan belajar menulis dan membaca di umur itu. Manusia perlu di rohkan atau dapat rasa-rasa hati dahulu. Bukan akalkan dahulu. Keutamaan diberi pada roh. Akal diasuh membaca menulis untuk kegiatan roh iaitu sembahyang yakni akal itu dibentuk mengikut hala tuju roh ! Akal jangan berdiri sendiri supaya nafsu syaitan tidak dapat menguasai akal.
Dalam sembahyang, Rasulullah akan jadi jambatan dengan berkat guru mursyid ! Setiap orang Islam kena ada guru roh ! Tidak cukup setakat mempunyai guru akal walaupun ramai ! Mursyid seorang cukup ! Siapa yang roh nya tiada mursyid maka syaitan lah mursyidnya. Hati dipenuhi syaitan dan nafsu !
Daripada bacaan-bacaan sembahyang tahulah orang Islam hidup untuk Tuhan. Hidup bukan untuk diri. Sebab diri bukan kepunyaan sendiri. Diri kita ialah ciptaan Tuhan ! Hasil berhubung hati dengan Tuhan di dalam sembahyang maka hati merasai diri hanyalah barang ciptaan ! Diri bukan milik diri ! Diri di ciptakan untuk menjadi hamba dan khalifah Tuhan di bumi. Hati pun rasa takut pada Pencipta bila mana hidup digunakan untuk selain Allah. Hati jatuh cinta pada Tuhan yang sayang gila pada sihamba ! Tuhan sanggup ciptakan alam sebagai bukti cinta pada manusia !. Namun sebesar zarrah pun kejahatan dicatatNya untuk disoal siasat di Padang Mahsyar ! Siapalah tidak takut gila pada Allah yang dahsyatnya begitu sekali ! Sebab itulah sekolah rasa hati mampu lahirkan pejuang-pejuang yang sanggup memperjuangkan Allah dan Rasul. ISO perjuangan yang harganya melebihi nilai dunia dan seisinya !
Hati ialah sumber rasa-rasa. Manakala akal ialah sumber fikiran. Antara Rasa dan fikiran sebenarnya rasalah yang lebih berkesan kepada pembentukan peribadi. Yakni, bila hati itu baik maka balah diri. Bila hati itu jahat maka jahatlah peribadi-peribadi itu ! Demikian maksud Sabda Nabi SAW tentang seketul daging yang terletak di dada-dada manusia. Dia ialah Hati !
Ertinya hati dengan Otak, hati lebih utama ! Maka kalau akal disekolahkan begitu tinggi lebih-lebih lagilah rasa hati itu perlukan pengajian yang lebih tinggi dan utama.
Hari ini umat Islam hanya mengalami proses latihan-latihan akal yang macam-macam bentuk dan jenisnya di pusat-pusat pengajian mereka sekalipun dalam bidang agama Islam ! Hasilnya jadilah umat Islam dapat menguasai ilmu-ilmu tinggi di berbagai-bagai bidang kehidupan duniawi mereka. Namun semua itu hanya lah 50% daripada apa yang sepatutnya mereka kuasai untuk menjadi seorang Islam yang baik ! Sebab dalam Islam, Hati juga kena disucikan. Dilatih untuk menyuburkan segala-gala rasa hati yang baik ! Juga untuk membenteras rasa-rasa hati yang jahat. Supaya seorang teknokerat Islam ialah seorang yang tidak sombong. Supaya seorang ulama’ Islam ialah seorang yang tidak berhasad dengki. Supaya seorang seniman Islam itu juga ialah seorang yang tidak bakhil. Supaya tokoh sains dan politik Islam itu juga ialah seorang yang sangat berkasih sayang ! Demikianlah seterusnya : agar umat Islam itu ialah orang-orang yang bernilai dunia dan juga bernilai akhirat.
Untuk mencapai kecemerlangan insaniah dan lahiriah yang begitu hebatnya oleh umat Islam, kenalah kita mempunyai sekolah-sekolah, institut-institut, kolej-kolej dan universiti-universiti yang melakukan proses latihan rasa hati atau roh atau jiwa !
Namun sebaiknya kedua-dua latihan akal dan roh digabungkan dalam satu sekolah dan Universiti ! Sebaiknya lagi bilamana siswa siswi di persiapkan untuk muncul sebagai pejuang yang full time. Yakni bukan untuk makan gaji dengan majikan ! Yakni Universiti yang melahirkan majikan-majikan. Yang berjuang untuk ugama, bangsa dan Negara tanpa meminta bayaran ! Sebab dirinya sendiri merupakan sumber rezeki kerana mempunyai hubungan yang kuat dengan sekaya-kaya kuasa iaitu Tuhan.
Dasar pandang ke Mekah Madinah yakni kepada Allah dan Rasul dengan mengambil dari Quran dan Hadis itulah yang mampu mencipta sistem yang pendidikan yang ajaib ini. Sebab Allah dan Rasul akan bersetuju untuk menjadi Pemimpin dan Mahaguru serta ibu ayah kepada sistem ini. Allah dan Rasul kedua-duanya ialah kuasa ghaib lagi ajaib yang kemampuan mereka tiada terbatas !. Segala halangan dapat diatasi oleh keajaiban kerana kemampuan kuasa teknologi roh yang ghaib ini ialah mencipta keajaiban. Tentunya keajaiban dapat mengatasi segala kebuntuan akal.
Lihat pembangunan akal material semata-mata sekalipun cukup menakjubkan namun ia berakhir dengan kehancuran ! Sebab manusia-manusianya itu mempunyai hati yang tidak pernah disucikan di sekolah-sekolah tinggi ! Bila manusia dikuasai nafsu semata-mata maka mereka saling jatuh menjatuhkan ! Akhirnya perang dan hancur
Kata Rasulullah SAW : Belajarlah sekalipun sampai keliang lahad !Ertinya manusia-manusia itu sepatutnya menuntut ilmu sampai mati. Sebab manusia perlukan ilmu dari Allah dan Rasul itu, setiap hari, detik dan saat sehinggalah ke akhir hayat. Hatinya kena mampu berdepan dengan kematian penuh tabah ! Waktu itu akal sudah tidak mampu berfikir lagi. Tapi hati sangat perlu kekuatan untuk berdaya tahan untuk menghadapi liang lahad ! Supaya waktu nafas terakhir itu biarlah manusia mampu senyum dan berkata : Tuhan ku dan Nabi ku, selamat bertemu kembali.
BESARNYA MAKNA DAN HIKMAH HIJRAH
Hijrah sebagaimana kita maklum adalah tahun baru Islam, kita rasa pelik tahun baru Islam dihitung ketika hijrah Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah. Tidak diambil daripada tarikh Rasulullah saw lahir. Atau tidak diambil dari tarikh sejak Rasulullah saw jadi rasul. Yang sebenarnya kalau tak silap saya, Rasulullah saw ketika nak sambut tahun baru Islam Baginda mesyuarat bersama sahabat-sahabat minta pandangan sahabat-sahabat. Sahabat-sahabat berbeza pendapat, namun akhirnya dapat disepakati tarikh tahun baru Islam diambil dari tarikh hijrah.
Terjemahan Hadis :
Sesungguhnya setiap amal itu dinilai kerana niatnya, siapa yang berhijrah kerana dunia dia akan memperolehinya, yang hijrah untuk nikah dengan wanita. dia akan menikahinya, siapa berhijrah kerana Allah dan Rasul maka mereka akan dapat Allah dan Rasul.
Yang sebenarnya, hijrah yang diperintahkan oleh Tuhan kepada Rasulullah saw, ada hikmah yang mendalam yang tersirat mahu pun tersurat. Yang tersirat lebih banyak lagi. Mungkin waktu hijrah itu Rasulullah saw dan sahabat tak tahu natijahnya, apa yang akan berlaku di masa depan, cuma Rasulullah Rasulullah saw ikut perintah Tuhan, disuruh hijrah, dia hijrah.
Kalau kita berpegang dengan surat khabar kita tak boleh faham apa itu hikmah hijrah. Cuba kita baca sikit sejarah. Bahkan terjemahan tentang hijrah itupun disalah terjemahkan. Setengah orang diterjemah dengan pelarian, ini adalah buruk sangat. Sedangkan apa yang dibuat Rasulullah saw adalah arahan wahyu samada perkataan perbuatan Rasulullah saw adalah arahan wahyu. Nampaknya macam lari tapi jangan diterjemahkan lari. Macam orang kena halau, buruk sangat. Mana boleh mengatakan Rasulullah saw lari atau sebagai pelarian itu silap. Rasulullah saw rasa nak hijrah itu adalah wahyu dari Tuhan, bukan kehendak Rasulullah saw. Padahal Rasulullah saw itu oleh kerana agama Islam belum smepurna Tuhan mesti menyempurnakan Islam, kalau dia tak hijrahpun dia takkan terancam, dia takkan kandas. Jadi Allah rasakan pada Rasulullah saw nak hijrah, itu wahyu, bukan kehendak Rasulullah saw. Kalau wahyu, besar hikmahnya. Ia adalah strategi besar.
Huraian sejarah :
Sepertimana kita maklum Rasulullah saw berjuang 2 peringkat, 2 era, bahagian 1 sebelum hijrah, bahagian ke 2 selepas hirah. Dengan kata-kata lain di Mekah 13 tahun, di Medinah 10 tahun. Waktu di Mekah 13 tahun terlalu sedikit syariat, kebanyakannya berhubungan dengan ketuhanan, dengan akhirat. Bahkan waktu hijrah itu baru 2 tahun saja sahabat bersembahyang seperti kita bersembahyang, iaitu tahun 11 kenabian. Mengapa terjadi begitu?
Begitulah hadis Rasulullah saw tentang hijrah.
Kerana syariat adalah untuk melahirkan rasa cinta takut Tuhan, nak melahirkan rasa kebesaran Tuhan. Kalau orang tak takut Tuhan, tak cintakan Tuhan apa ertinya sembahyang. Sebab itu Rasulullah saw didik sahabat selama 13 tahun untuk kenalkan Tuhan, dapatkan Tuhan, cintakan Tuhan, cintakan Rasul, cintakan hari Akhirat. Maka bila mereka itu disuruh bersyariat, itu semua untuk mempersembahkan rasa cinta kepada Allah.
Jadi hijrah kalau kita faham, wahyu dari Tuhan yakni dengan memasukkan perasaan ke dalam hati Rasulullah saw. Mungkin Rasulullah saw belum faham jawapannya, sahabat pun tak tahu, tapi kerana itu perintah dari Tuhan, mereka ikut saja. Rupanya setelah mereka hijrah, di sini Tuhan nak tinggikan wibawa Rasulullah saw. Kalau Rasulullah saw itu penyelamat sedangkan orang tak dapat melihat wibawanya besar orang tak dapat terima. Hasil hijrah sampai dapat tawan Mekah semula. Setiap hari di Medinah wibawa Rasulullah saw ditingkatkan sampai dapat balik Mekah.
Selepas Rasulullah saw perjuangkan cinta Tuhan, takut Tuhan, cinta akhirat, cinta Rasulullah saw, sahabat mabuk dengan Tuhan, Rasulullah saw dan Akhirat. Di sini kita lihat wibawanya Rasulullah saw. Kalau 2-3 tahun baru Rasulullah saw ceritakan cinta Tuhan dan akhirat kemudian ajak hijrah, sahabat tak mahu, tak larat. Senang ke mereka nak pindah. Perjalanan saja sebulan. Orang Arab, mereka hidup dengan kambing, unta. Nak bawa kambing unta. Kalau bukan cinta Allah, cinta Rasul, cinta Akhirat sudah tentu mereka tak larat. Tapi bila dah tertanam cinta Allah, cinta Rasul cinta, Akhirat, bila disuruh pindah, semua pindah. Yang tak pindah yang tua, yang sakit dan yang miskin.
Jadi kalau sahabat ikut Rasulullah saw berpindah dengan begitu susah, hebatnya Rasulullah saw. Apa kekuatan dia sehingga orang disuruh pindah, pindah saja? hal ini didengar orang Rom, Parsi, orang2 Arab dari Bani lain, mereka hairan. Disuruh pindah, pindah. Tinggal kebun tinggal rumah. Siapa Rasulullah saw ini? Yang sebenarnya Tuhan nak lahirkan wibawa Rasulullah saw. Di situ sudah tercengang dunia, dah terkejut. Apalah hikmahnya Muhammad ini yang mana dia suruh pengikutnya pindah dia pindah. Itulah yang pertama hikmahnya untuk meningkatkan wibawa Rasulullah saw. Senang ke nak pindah? hari ni ada kapal terbang pun orang susah nak pindah.
Ketika Rasulullah saw sudah sampai Medinah, dah berjuang 13 tahun, orang Medinah yang dah ulang alik ke Mekah, terus Islam di tangan Rasulullah saw sebab memang mereka menunggu. Dengan menyanyikan tholaal badru. Dengan Raja pun orang tak buat. Ini dibuat pada Muhammad, siapa Muhammad ini, apa kebesaran dia, apa keistimewaan dia?
Rasulullah saw sendiri buat hijrah ini mungkin dia tak diberi tahu, tapi Allah nak naikkan wibawa Rasulullah saw. Dah 2 bentuk untuk menaikkan wibawa Rasulullah saw. Kemudian dalam pindah beramai-ramai itu harta banyak tinggal, yang dibawa hanya sedikit kambing dan unta. Orang Medinah kerana cinta dengan orang muhajirin, mereka dinamakan orang Ansar, yang ada 2 rumah, 2 kebun dia bagi 1 rumah, 1 kebun atau dikongsikan. Yang tak ada isteri dikahwinkan. Yang ada 2 isteri 1 diceraikan dibagi pada muhajirin. Dunia terkejut sanggup memberi semuanya. Yang selama ini bangsa ini hanya tahu berperang saja. Bangsa yang berkuasa waktu itu puak Aus & Kahdraj, beratus tahun berperang, boleh berdamai, boleh berkasih sayang. Sanggup beri harta dan rumah. Apa yang Muhammad buat? apa dah terjadi yang selama ini banyak pemimpin tak boleh damaikan asyik perang saja. Dah 2 wibawa Rasulullah saw. Nampak?
Yang lagi mengejutkan, mungkin Rasulullah saw sendiri tak perasan mulanya, tapi Allah tahu. Di Medinah itu Yahudi pernah berkuasa 300 tahun. Yahudi cerdik, dia pandai, dia ada ekonomi ada ilmu. 300 tahun orang Arab di bawah dia, dihasut oleh Yahudi, orang-orang Medinah asyik perang, Yahudi untung. Yahudi jadi kapitalis beratus tahun lamanya. Dia beli barang orang-orang Arab dengan harga murah dia jual dengan harga mahal, ini berlaku beratus tahun lamanya. Jadi pusat ekonomi Yahudi di Medinah, bukan di Mekah.
Selepas Rasulullah saw dan sahabat berpindah dipersaudarakan Ansar dan Muhajirin kemudian Rasulullah saw arahkan Abd Rahman Auf buka pasar Ansar. Oleh kerana terjalin perpaduan, oleh kerana takut Tuhan, cinta Tuhan, cinta akhirat, mereka akhirnya memulaukan Yahudi. Bahan-bahan mentah dibeli umat Islam dengan harga lebih berpatutan dijual juga dengan berpatutan. Dua-dua pihak dapat untung. Orang-orang yang menguasahakan dapat untung yang beli dapat untung. Tak sepert Yahudi yang mana beli barang-barang mentah dengan harga murah sangat, bila dijual balik dengan harga mahal sangat, kedua-dua pihak rugi, yang hasilkan bahan mentah rugi, yang beli rugi. Tapi dengan didikan Rasulullah, dengan persaudaran orang Ansar Muhajirin dia pulaukan ekonomi yahudi dan mereka berdiri sendiri. Dalam masa 6 bulan orang-orang yahudi terpaksa berpindah keluar Medinah, dunia gempar terutama yahudi gempar. Apa dah jadi? apa Muhammad buat? Yang sebelum ni bergaduh, ekonomi dimonopoli yahudi, yahudi lari ke Palestin. Lagilah wibawa Rasulullah saw meningkat.
Fikirlah, orang yahudi terpaksa berpindah ke Palestin dengan terhina, sebab itu sampai sekarang yahudi marah sangat pada orang Arab sebab mereka terusir. Dunia waktu itu gempar. Ada apa dengan Muhammad?
4 perkara tadi begitu menjadikan Rasulullah berwibawa. Bangsa-bangsa lain nak ambil tahu nak sangat faham apa Muhammad dah buat? Sedangkan dunia waktu itu huru hara, tak selamat. Dunia sudah mula berfikir jangan-jangan ini penyelamat, mereka ingin tahu sekali. Sebab itu pembesar-pembesar, raja-raja ziarah ke Madinah dan balik bawa cerita. Hebat Muhammad, orang berperang boleh di satukan, kekuatan yahudi boleh hancur. Orang berfikir siapa ni? Sebab itu bila Tuhan perintahkan balik ke Mekah, tak perang sangat, sebab orang Mekah dah menganggap dia penyelamat. Sebab itu bila masuk semula ke Mekah perang kecil saja hanya 20 orang terlibat. Maka orang beramai-ramai masuk Islam dan mengatakan ini penyelamat. Selepas tu turun ayat, Izajaa anasrullahi wal fath..
Bila Mekah dan Madinah dapat ditawan, maka bangsa Rom dan Parsi dan orang-orang Arab lain inginkan kedatangan orang Muhammad ke negara mereka, mereka mahu bernaung di bawah Muhammad. Ini penyelamat, kami dah bergaduh beratus tahun. Sebab itu selepas Rasulullah saw wafat tentera Islam masuk ke Palestin, ke Irak, tawan Rom dan Parsi. Kebanyakan mereka sabotaj dengan bangsa mereka sendiri sebab rakyat menganggap ini penyelamat. Walaupun mereka bukan dari bangsa kami, kami ingin mereka selamatkan kami.
Jadi Allah perintahkan Rasulullah saw berhijrah dari Madinah bukanlah sabagai pelarian tapi sebagai strategi jangka panjang untuk ditiru pejuang-pejuang Islam sepanjang zaman. Siapa penyelamat mesti ada wibawa, kalau tak ada wibawa ilmu banyak pun tak berguna. Sebab itu kalau kita nak jadi penyelamat, mesti pemimpinnya berwibawa. Kalau begitu sejarah Hijrah ni nak kita tiru supaya pengikut dapat berfikir macam mana nak wibawakan pemimpin mereka supaya orang boleh tunduk pada mereka. Itulah hikmah hijrah yang tak dicungkil oleh ulama.
Itu baru sikit, masih banyak lagi hikmahnya. Setakat 5 hujah tadi kita mengakui betapa hebatnya wibawa Rasulullah saw. Selepas itu dah senang, bila dah ada wibawa orang menyerah-nyerah. Tapi ingat yang susah tu 13 tahun. Tapi selepas tu senang, sebab Rasulullah saw dah ada wibawa.
Jadi hijrah itu besar hikmahnya yang tak dapat dilihat hikmahnya oleh orang di zaman ni. Sebagai pejuang kena kita usahakan bagaimana supaya pemimpin itu dapat dilihat wibawa. Kalau pemimpin itu tak dilihat wibawanya, orang lihat sebagai orang baik saja, nak serah diri susah. Kita kena belajar dari hijrah Rasulullah saw, yang mana hijrah itu untuk menonjokkan wibawa Rasulullah saw sebagai penyelamat dunia.
Jadi hijrah tu bukan pelarian, ia diarah oleh Tuhan. Tapi Rasulullah saw sendiri mngkin tak faham peringkat awalnya. Dah lama berhijrah itu baru nampak hikmahnya. Mereka kata, patut Allah perintahkan kita hijrah.