Tag Archives: Nabi Ibrahim AS
KISAH NABI IBRAHIM DAN NABI ISMAIL
Al-Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a.berkata:
Pertama-tama yang menggunakan setagi {setagen} ialah Hajar ibu Nabi Ismail tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang telah lama berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. Tetapi walaubagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahsia yang disembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. Dan sebagai lazimnya seorang isteri sebagai Siti Sarah merasa telah dikalahkan oleh Siti Hajar sebagai seorang dayangnya yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. Dan sejak itulah Siti Sarah merasakan bahawa Nabi Ibrahim a.s. lebih banyak mendekati Hajar kerana merasa sangat gembira dengan puteranya yang tunggal dan pertama itu, hal ini yang menyebabkan permulaan ada keretakan dalam rumahtangga Nabi Ibrahim a.s. sehingga Siti Sarah merasa tidak tahan hati jika melihat Siti Hajar dan minta pada Nabi Ibrahim a.s. supaya menjauhkannya dari matanya dan menempatkannya di lain tempat. Utk sesuatu hikmah yang belum diketahui dan disedari oleh Nabi Ibrahim, Allah s.w.t. mewahyukan kepadanya agar keinginan dan permintaan Sarah isterinya dipenuhi dan dijauhkanlah Ismail bersama Hajar ibunya dan Sarah ke suatu tempat di mana yang ia akan tuju dan di mana Ismail puteranya bersama ibunya akan di tempatkan dan kepada siapa akan ditinggalkan.
Maka dengan tawakkal kepada Allah berangkatlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail yang diboncengkan di atas untanya tanpa tempat tujuan yang tertentu. Ia hanya berserah diri kepada Allah yang akan memberi arah kepada binatang tunggangannya. Dan berjalanlah unta Nabi Ibrahim dengan tiga hamba Allah yang berada di atas punggungnya keluar kota masuk ke lautan pasir dan padang terbuka di mana terik matahari dengan pedihnya menyengat tubuh dan angin yang kencang menghembur-hamburkan debu-debu pasir.
Ismail dan Ibunya Hajar ditinggalkan di Makkah
Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh yang memenatkan tibalah pada akhirnya Nabi Ibrahim bersama Ismail dan ibunya di Makkah kota suci dimana Kaabah didirikan dan menjadi pujaan manusia dari seluruh dunia. di tempat di mana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya dan disitulah ia meninggalkan Hajar bersama puteranya dengan hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman sedangkan keadaan sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir, yang terlihat hanyalah batu dan pasir kering . Alangkah sedih dan cemasnya Hajar ketika akan ditinggalkan oleh Ibrahim seorang diri bersama dengan anaknya yang masih kecil di tempat yang sunyi senyap dari segala-galanya kecuali batu gunung dan pasir. Ia seraya merintih dan menangis, memegang kuat-kuat baju Nabi Ibrahim memohon belas kasihnya, janganlah ia ditinggalkan seorang diri di tempat yang kosong itu, tiada seorang manusia, tiada seekor binatang, tiada pohon dan tidak terlihat pula air mengalir, sedangkan ia masih menanggung beban mengasuh anak yang kecil yang masih menyusu. Nabi Ibrahim mendengar keluh kesah Hajar merasa tidak tergamak meninggalkannya seorang diri di tempat itu bersama puteranya yang sangat disayangi akan tetapi ia sedar bahwa apa yang dilakukannya itu adalah kehendak Allah s.w.t. yang tentu mengandungi hikmat yang masih terselubung baginya dan ia sedar pula bahawa Allah akan melindungi Ismail dan ibunya dalam tempat pengasingan itu dan segala kesukaran dan penderitaan. Ia berkata kepada Hajar :
“Bertawakkallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu ke sini dan Dialah yang akan melindungi mu dan menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dan wahyunya, tidak sesekali aku tergamak meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku yang sangat ku cintai ini. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah Yang Maha Kuasa tidak akan melantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya, insya-Allah.”
Mendengar kata-kata Ibrahim itu segeralah Hajar melepaskan genggamannya pada baju Ibrahim dan dilepaskannyalah beliau menunggang untanya kembali ke Palestin dengan iringan air mata yang bercurahan membasahi tubuh Ismail yang sedang menetak. Sedang Nabi Ibrahim pun tidak dapat menahan air matanya ketika ia turun dari dataran tinggi meninggalkan Makkah menuju kembali ke Palestin di mana isterinya Sarah dengan puteranya yang kedua Ishak sedang menanti. Ia tidak henti-henti selama dalam perjalanan kembali memohon kepada Allah perlindungan, rahmat dan barakah serta kurniaan rezeki bagi putera dan ibunya yang ditinggalkan di tempat terasing itu. Ia berkata dalam doanya:”
Wahai Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak keturunannya di dekat rumah-Mu { Baitullahil Haram } di lembah yang sunyi dari tanaman dan manusia agar mereka mendirikan solat dan beribadat kepada-Mu. Jadikanlah hati sebahagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan yang lazat, mudah-mudahan mrk bersyukur kepada-Mu.”
Mata Air Zamzam
Sepeninggal Nabi Ibrahim tinggallah Hajar dan puteranya di tempat yang terpencil dan sunyi itu. Ia harus menerima nasib yang telah ditakdirkan oleh Allah atas dirinya dengan kesabaran dan keyakinan penuh akan perlindungan-Nya. Bekalan makanan dan minuman yang dibawanya dalam perjalanan pada akhirnya habis dimakan selama beberapa hari sepeninggalan Nabi Ibrahim. Maka mulailah terasa oleh Hajar beratnya beban hidup yang harus ditanggungnya sendiri tanpa bantuan suaminya. Ia masih harus menyusui anaknya, namun air susunya makin lama makin mengering disebabkan kekurangan makan .Anak yang tidak dapat minuman yang memuaskan dari susu ibunya mulai menjadi cerewet dan tidak henti-hentinya menangis. Ibunya menjadi panik, bingung dan cemas mendengar tangisan anaknya yang sgt menyayat hati itu. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri serta lari ke sana ke sini mencari sesuap makanan atau seteguk air yang dapat meringankan kelaparannya dan meredakan tangisan anaknya, namun sia-sialah usahanya. Ia pergi berlari anak menuju bukit Shafa kalau-kalau ia boleh mendapatkan sesuatu yang dapat menolongnya tetapi hanya batu dan pasir yang didapatnya disitu, kemudian dari bukit Shafa ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit Marwah dan larilah ia perlahan-perlahan ke tempat itu namun ternyata bahawa yang disangkanya air adalha fatamorangana {bayangan} belaka dan kembalilah ke bukit Shafa karena mendengar seakan-akan ada suara yang memanggilnya tetapi gagal dan melesetlah dugaannya. Demikianlah maka kerana dorongan hajat hidupnya dan hidup anaknya yang sangat disayangi, Hajar mundar-mundir berlari sampai tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah yang pada akhirnya ia duduk termenung merasa penat dan hampir berputus asa.
Diriwayatkan bahawa selagi Hajar berada dalam keadaan tidak berdaya dan hampir berputus asa kecuali dari rahmat Allah dan pertolongan-Nya datanglah kepadanya malaikat Jibril bertanya:” Siapakah sebenarnya engkau ini?” ” Aku adalah hamba sahaya Ibrahim”. Jawab Hajar.” Kepada siapa engkau dititipkan di sini?”tanya Jibril.” Hanya kepada Allah”,jawab Hajar. Lalu berkata Jibril:” Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih, yang akan melindungimu, mencukupi keperluan hidupmu dan tidak akan mensia-siakan kepercayaan ayah puteramu kepada-Nya.”
Kemudian diajaklah Hajar mengikuti-nya pergi ke suatu tempat di mana Jibril menginjakkan telapak kakinya kuat-kuat di atas tanah dan segeralah memancur dari bekas telapak kaki itu air yang jernih dengan kuasa Allah. Itulah dia mata air Zamzam yang sehingga kini dianggap keramat oleh jemaah haji, berdesakan sekelilingnya bagi mendapatkan setitik atau seteguk air daripadanya dan kerana sejarahnya mata air itu disebut orang ” Injakan Jibril “.
Alngkah gembiranya dan lega dada Hajar melihat air yang mancur itu. Segera ia membasahi bibir puteranya dengan air keramat itu dan segera pula terlihat wajah puteranya segar kembali, demikian pula wajah si ibu yang merasa sgt bahagia dengan datangnya mukjizat dari sisi Tuhan yang mengembalikan kesegaran hidup kepadanya dan kepada puteranya sesudah dibayang-bayangi oleh bayangan mati kelaparan yang mencekam dada.
Mancurnya air Zamzam telah menarik burung-burung berterbangan mengelilingi daerah itu menarik pula perhatian sekelompok bangsa Arab dari suku Jurhum yang merantau dan sedang berkhemah di sekitar Makkah. Mereka mengetahui dari pengalaman bahwa di mana ada terlihat burung di udara, nescaya dibawanya terdapat air, maka diutuslah oleh mrk beberapa orang untuk memeriksa kebenaran teori ini. Para pemeriksa itu pergi mengunjungi daerah di mana Hajar berada, kemudian kembali membawa berita gembira kepada kaumnya tentang mata air Zamzam dan keadaan Hajar bersama puteranya. Segera sekelompok suku Jurhum itu memindahkan perkhemahannya ke tempat sekitar Zamzam ,dimana kedatangan mrk disambut dengan gembira oleh Hajar karena adanya sekelompok suku Jurhum di sekitarnya, ia memperolehi jiran-jiran yang akan menghilangkan kesunyian dan kesepian yang selama ini dirasakan di dalam hidupnya berduaan dengan puteranya saja.
Hajar bersyukur kepada Allah yang dengan rahmatnya telah membuka hati orang-orang itu cenderung datang meramaikan dan memecahkan kesunyian lembah di mana ia ditinggalkan sendirian oleh Ibrahim.
Nabi Ismail Sebagai Qurban
Nabi Ibrahim dari masa ke semasa pergi ke Makkah untuk mengunjungi dan menjenguk Ismail di tempat pengasingannya bagi menghilangkan rasa rindu hatinya kepada puteranya yang ia sayangi serta menenangkan hatinya yang selalu rungsing bila mengenangkan keadaan puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan di tempat yang tandus, jauh dari masyarakat kota dan pengaulan umum.
Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah , maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan ,seorang putera yang telah mencapai usia di mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah , seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oelh tangan si ayah sendiri.
Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah ,menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud:” Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya.” Nabi Ibrahim tidak membuang masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya.Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:” Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya.”
Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:” Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah.”
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya:” Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku.”
Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya:” Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan .”
Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Aidiladha di seluruh pelosok dunia.
MENYINGKAP RAHSIA PERISTIWA ISRAK MIKRAJ
Israk Mikraj
Peristiwa ini didahului dengan beberapa peristiwa yang mendukacitakan Rasulullah saw. Antaranya kematian ayah saudara Baginda iaitu Abu Talib dan kewafatan isteri Baginda yang tercinta iaitu Saiyidatina Khadijah rha. Begitu juga termasuk peristiwa dukacita ialah penolakan kaum Taif terhadap dakwah Baginda saw. Maka peristiwa Israk dan Mikraj ini dirumuskan sebagai kemuliaan dan hiburan istimewa dari Allah swt kepada kekasihNya.
Israk Mikraj adalah satu peristiwa besar dalam sejarah hidup Rasululah dan dalam sejarah umat Islam. Menurut Imam Nawawi, peristiwa ia berlaku pada bulan Rejab tahun kedua belas selepas kenabian. Peristiwa ini telah menjadikan Masjidil Aqsa dan Baitul Maqdis semakin mulia, Allah yang memberkati tempatnya dan kawasan sekelilingnya. Firman Allah:
سبحان الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى الذي باركنا حوله لنريه من آياتنا
Terjemahannya :
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil-Haram (di Mekah) ke Masjidil-Aqsa (di Palestin), yang Kami berkati sekelilingnya untuk memperlihatkan kepadanya tanda-tanda (kekuasaan dan kebesaran) Kami.” Al-Israa’:1
Pada malam yang mulia itu Jibril telah datang kepada Rasulullah Saw yang sedang tidur di Ka’bah. Jibril telah membawa Rasulullah Saw menaiki Buraq dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Di Masjidil Aqsa sedang berlaku satu perhimpunan yang sangat luar biasa. Allah telah menghidupkan para Rasul dan Para Nabi untuk bertemu dengan Rasulullah Saw. Ulamak menyebut jumlah para Rasul adalah 300 orang dan jumlah para adalah Nabi dua puluh empat ribu orang.
Allah hadirkan mereka semua untuk bertemu dengan Rasulullah Saw. Tidak ada tempat di dunia ini yang semua para Rasul dan Para Nabi telah berkumpul di situ melainkan Ka’bah dan Baitul Maqdis. Rasulullah Saw pernah menyatakan bahawa semua Rasul dan Nabi menunaikan haji di Mekah. Rasulullah Saw telah mengimamkan sembahyang seluruh Rasul-Rasul dan Nabi-Nabi.. Demikianlah kemuliaan Rasulullah Saw. Ia adalah sebuah persidangan para Rasul dan para Nabi. Sebuah peristiwa yang mungkin tidak berulang kali kedua di bumi ini.
Selepas sembahyang Jibril telah membawa membawa satu bekas susu dan satu bekas arak kepada Rasululah Saw. Rasulullah Saw telah memilih susu. Kata Jibril kepada Rasulullah Saw: “Kamu telah terpimpin kerana memilih susu wahai Rasulullah, begitulah juga umat kamu”. Ini adalah isyarat pertama bahwa arak itu satu yang tidak baik. Selepas itu baru ia diharamkan. Allah telah memelihara Rasulullah Saw, Baginda tidak pernah minum arak dari kecil lagi.
Setelah itu Rasulullah Saw dibawa naik ke langit. Inilah kuasa Allah yang tiada batasannya. Rasulullah Saw telah dibawa dalam perjalanan yang begitu jauh dalam masa yang terlalu singkat. Allah mahu mengajar kepada hambanya bahawa kalau Allah mahu, Allah boleh berbuat sesuatu yang diluar jangkauan akal dan kekuatan manusia. Bila dibuka pintu langit pertama kepada Rasulullah Saw. Baginda telah melihat berbagai perkara yang ajaib. Antaranya Rasulullah Saw melihat seorang lelaki yang tinggi, apabila lelaki itu berpaling ke kanan dia tersenyum dan apabila dia berpaling ke kiri dia menangis.
Rasulullah Saw bertanya kepada Jibril: “Siapa ini?” Kata Jibril: “Itulah Adam AS. Apabila dia melihat ke kanan dia melihat kepada umatnya yang masuk syurga tersenyumlah dia. Apabila dia memandang ke kiri dia melihat umatnya yang masuk ke neraka, menangislah dia”. Selepas itu Rasulullah Saw melihat, ada orang orang yang berenang dalam lautan darah. Apabila mereka sampai ketepi mereka mengangakan mulut mereka lalu Malaikat melontarkan api-api neraka ke dalam mulut mereka. Rasulullah Saw bertanya Jibril: “Siapa mereka ini?” Kata Jibril: “Merekalah orang-orang yang makan harta anak yatim. Mereka disiksa disini dulu sebelum disiksa di akhirat nanti”.
Selepas itu Rasulullah Saw melihat orang-orang lelaki yang perut mereka besar. Mereka semua terlentang, kemudian datang kaum Firaun melalui mereka sambil memijak-mijak perut mereka. Kaum Firaun akan dibawa melihat neraka dua kali sehari supaya mereka dapat melihat tempat mereka nanti. Dalam perjalanan mereka pergi ke neraka mereka memijak-mijak perut lelaki-lelaki yang sedang terlentang ini. Rasulullah Saw bertanya: “Siapa mereka itu?” Kata Jibril: “Mereka adalah orang-orang yang makan riba. Mereka diiazab di alam barzakh sebelum diazab di neraka nanti.
Selepas itu Rasulullah Saw melintasi sekumpulan lelaki-lelaki yang dihadapan mereka dua jenis makanan. Satu yang lazat dan bersih satu lagi yang buruk dan busuk. Mereka makan makanan yang buruk dan busuk itu. Rasulullah Saw bertanya: “Siapa mereka wahai Jibril?” Kata Jibril: “Merekalah orang-orang yang berzina. Mereka mempunyai isteri yang halal tetapi mereka tetap mencari perempuan yang haram.
Kemudian di langit yang kedua Rasululah telah bertemu dengan Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Dilangit yang ketiga Rasulullah Saw telah bertemu dengan Nabi Yusuf AS. Dilangit yang kelima bertemu dengan Nabi Harun. Di langit yang keenam bertemu dengan Nabi Musa. Kemudian di langit yang ketujuh Rasulullah Saw telah melihat Baitul Makmur. Baitul Ma’mur adalah ka’bah kepada penduduk langit. Disitu para Malaikat bertawaf dan beribadah.
Disitu Rasulullah Saw telah melihat seorang lelaki yang sedang bersandar ke Baitul Ma’mur. Rupanya mirip rupa Rasulullah Saw. Rasulullah Saw bertanya: “Wahai Jibril, siapa orang ini?” Jawab Jibril: “Itulah bapa kamu Nabi Ibrahim As”. Di setiap langit Baginda telah disambut dan diraikan oleh para Nabi dan para Malaikat. Apabila sampai di penghujung langit yang ketujuh Rasulullah Saw melihat Jibril sudah berubah kepada kejadian asalnya. Itulah Jibril yang telah Rasulullah Saw lihat pada kali pertama ketika Rasulullah Saw berlari pulang kerumah dari gua Hirak. Ini adalah kali kedua Rasulullah Saw melihat Jibril dalam rupa sebenarnya itu.
Akhirnya Rasulullah Saw sampai di satu tempat yang tidak pernah seorang pun manusia sampai ke situ walaupun dia seorang Rasul dan Nabi. Kemudian Rasululah Saw melalui satu kawasan yang Malaikat pun tidak pernah sampai kesitu kecuali Jibril. Sampai di satu tempat Jibril meminta Rasulullah Saw bergerak ke hadapan dan dia berkata: “Kalau aku ke hadapan walaupun selangkah, aku akan terbakar”.
Begitulah Allah telah memuliakan Rasulullah Saw. Akhirnya Rasulullah Saw sampai di Sidratil Muntaha. Di sebuah tempat yang sangat luar biasa dan pertemuan yang sangat luar biasa. Di situlah Allah telah menyampaikan perintah sembahyang kepada Rasulullah Saw dan umat Baginda. Rasulullah Saw telah menerima perintah sembahyang terus dari Allah. Sementara seluruh syariat yang lain disampaikan melalui Jibril. Demikianlah, betapa agung dan betapa besarnya sembahyang disisi Allah.
Selepas pertemuan itu Rasulullah turun dan bertemu dengan Nabi Musa AS. Nabi Musa bertanya: “Apa yang Allah perintahkan kepada umatmu” Jawab Rasululah Saw: “Allah perintahkan lima puluh fardu sembahyang sehari semalam”. Kata Nabi Musa: “Bani Israel telah diperintahkan kurang dari itu tetapi mereka tidak mampu melaksanakannya. Mintalah keringanan dari Allah”. Rasulullah Saw kerana belas kasihan kepada umatnya telah meminta keringanan dari Allah sehinggalah Allah telah meringankannya menjadi lima waktu sehari semalam. Walaupun hanya lima kali perlaksanaannya tetapi Allah tetap akan memberi pahala lima puluh kali. Demikianlah Maha Pemurahnya dan Maha Mulianya Allah.
Selepas itu Rasulullah Saw turun ke Baitul Maqdis semula. Dari Baitul Maqdis Rasulullah Saw kembali semula ke Mekah. Dalam perjalanan ini Rasulullah Saw telah menyaksikan berbagai pemandangan. Rasulullah Saw telah melintasi satu kafilah yang menunggang unta. Apabila unta-unta itu melihat Buraq, ada yang lari ketakutan. Puaslah tuannya mencari tetapi unta itu sudah hilang. Rasulullah Saw telah memberitahu mereka tempat unta itu bersembunyi. Mereka semua merasa terperanjat apabila mendengar suara dari langit telah memberitahu mereka dimana unta mereka. Anehnya, apabila mereka pergi ketempat itu mereka telah menjumpai unta mereka.
Sebelum terbit fajar pada malam yang sama, Rasulullah Saw telah berada di Mekah semula. Perjalanan dari Mekah ke Baitil Maqdis dan naik kelangit, kemudian turun semula ke Baitil Maqdis dan kembali ke Mekah hanya berlaku dalam masa separuh malam sahaja. Demikianlah, Allah telah memperlihatkan kuasanya. Selepas menunaikan sembahyang Subuh, Baginda duduk di Ka’bah. Baginda cuba mengingati seluruh peristiwa-peristiwa ajaib yang dilaluinya semalam.
Apabila Abu Jahal melihat Rasululah Saw, dia dapat meneka bahawa ada sesuatu yang berlaku kepada Rasulullah Saw. Dia datang kepada Rasulullah Saw dan bertanya: “Wahai Muhammad, adakah sesuatu telah berlaku kepada kamu?” Jawab Rasulullah Saw: “Ada”. Abu Jahal bertanya lagi: “Apa yang telah berlaku wahai Muhammad?” Jawab Rasulullah Saw: “Malam tadi aku telah pergi ke Baitul Maqdis kemudian aku pulang semula kesini”. Alangkah gembiranya Abu Jahal mendengar berita ini. Dia merasakan bahawa dia telah mendapat sesuatu yang baru untuk memburukkan Rasulullah Saw.
Sikap orang Islam dan Kafir Quraisy terhadap Israk Mikraj
Pada pagi itu Abu Jahal mengumpulkan orang ramai. Dia cukup gembira kerana sudah mempunyai bukti bahawa Rasulullah Saw memang adalah seorang yang menipu. Dia telah mengistiharkan kepada orang ramai peristiwa Isra’ dan Mi’raj itu. Anehnya orang ramai tidak percaya kepada cerita Abu Jahal itu. Mereka bertanya sendiri kepada Rasulullah Saw dan Rasululah Saw membenarkannya. Peristiwa ini telah menguji iman orang-orang Islam. Ada dikalangan mereka yang lemah iman telah kembali kepada kekufuran.
Penduduk Mekah memang sama sekali tidak dapat mempercayai hal ini. Mustahil begi mereka Muhammad boleh pergi ke Baitul Maqdis dan pulang semula ke Mekah dalam masa satu malam. Perjalanan mengenderai unta ke Baitul Maqdis mengambil masa sebulan. Ada di kalangan umat Islam mengadukan hal ini kepada Saidina Abu Bakar. Kata Saidina Abu Bakar: “Kalau itu dari Rasulullah Saw, Rasululah Saw adalah benar”.
Saidina Abu Bakar segera mendapatkan Rasulullah Saw di Ka’bah. Dia melihat Quraisy sedang mengerumuni Rasulullah Saw. Abu Jahal yang panggil mereka semua supaya mereka datang mendengar cerita Rasulullah Saw. Selama ini dia dan pembesar-pembesar Quraisy melarang orang datang kepada Rasulullah Saw. Pada hari itu, merekalah yang memanggil orang datang kepada Rasulullah Saw. Mereka rasa ini satu kemenangan untuk mereka.
Saidina Abu Bakar terus mendapatkan Rasulullah Saw dan bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah Rasulullah telah pergi ke Baitul Maqdis semalam?” Rasulullah membenarkannya. Kata Saidina Abu Bakar: “Kamu telah bercakap benar wahai Rasulullah”. Demikianlah kata-kata yang terbit dari imannya yang tidak berbelah bagi kepada Rasulullah Saw. Hati yang sangat mengenali dan yakin terhadap Rasulullah Saw. Ketika itu Rasulullah Saw telah bersabda: “Kamu telah berkata benar wahai Abu Bakar yang benar (( أبو بكر الصديق .
Demikianlah peristiwa ini telah mengangkat maqam Saidina Abu Bakar kepada maqam “As-Siddiq”. Inilah kali pertama Saidina Abu Bakar dipanggil As-Siddiq. Begitulah iman Saidina Abu Bakar. Dia tidak ragu langsung terhadap kebenaran Rasulullah Saw. Saidina Abu Bakar tidak mempersoalkan Rasulullah Saw sedikit pun. Dia terus membenarkan Rasulullah Saw. Kafir Quraisy telah menyangkal keyakinan Saidina Abu Bakar itu. Mereka berkata: “Bagaimana kamu boleh mempercayainya?! orang mengambil masa sebulan untuk sampai ke Palestin dan mengambil masa sebulan pula untuk pulang ke Mekah! Bagaimana Muhammad boleh melakukannya dalam satu malam?!”.
Jawab Saidina Abu Bakar: “Aku telah membenarkan Rasulullah Saw dalam perkara yang jauh lebih besar dari itu!. Aku telah beriman dengan Rasulullah Saw tentang wahyu yang turun dari langit dalam masa sekelip mata. Kalau itupun aku telah mempercayainya, kenapa pula aku tidak mempercayai Rasulullah Saw telah pergi ke Baitul Maqdis dan pulang semula ke Mekah dalam masa satu malam sahaja?”.
Selepas itu Saidina Abu Bakar telah membuktikan kepada Kafir Quraisy bahwa Rasulullah Saw adalah benar dalam semua yang Rasululah diperkatakannya itu. Demikianlah Saidina Abu Bakar mengenali dan memahami Rasulullah Saw. Saidina Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah Saw: “Wahai Rasulullah Saw, kami semua tahu bahawa kamu tidak pernah pergi ke Baitul Maqdis, dikalangan kami ada yang pernah pergi kesana, bolehkah Rasulullah Saw ceritakan kepada kami bagaimana Baitul Maqdis itu?”.
Rasululullah pun menjelaskan keadaan Baitul-Maqdis seperti yang Baginda lihat. Kafir Quraisy pula bertanya Rasulullah Saw, berapa jumlah tiang, pintunya dan tingkap Baitul-Maqdis. Mereka berusaha untuk membuktikan Rasulullah Saw tidak benar walaupun sudah jelas pada mereka Rasulullah Saw telah menceritakan tentang Masjidil Aqsa tepat seperti yang mereka tahu. Allah telah menjelmakan Baitul-Maqddis dalam penglihatan Rasulullah Saw. Apa sahaja yang Kafir Quraisy pertanyakan, Rasulullah Saw dapat menjawabnya.
Kafir Quraisy cukup terperanjat dengan jawapan Rasulullah Saw. Namun, hati mereka belum terbuka untuk beriman. Mereka tetap tidak menerima kebenaran Rasulullah Saw. Rasulullah Saw mencabar mereka: “Di antara kita ada bukti yang dapat disaksikan. Ada satu kafilah yang aku pintas mereka semasa perjalanan pulang”. Rasululah memberitahu Quraisy ciri-ciri kafilah itu bahkan ciri unta yang mengetuai kafilah itu.
Kata Rasulullah Saw lagi: “Ada unta mereka yang hilang semasa perjalanan, aku telah menujukkan kepada mereka tempat unta mereka bersembunyi”. Quraisy bertaanya: Bila kafilah itu akan sampai ke Mekah?” Jawab Rasulullah Saw: “Tiga hari dari sekarang”. Selepas itu semua penduduk Mekah menunggu-nunggu ketibaan kafilah itu.
Pada hari tersebut, orang-orang Mekah sudah menunggu kafilah ini sejak awal pagi. Memang benar, kafilah itu sampai setelah tiga hari seperti yang Rasulullah Saw sebutkan. Kafilah ini didahului oleh seekor unta persis seperti yang disebut oleh Rasulullah Saw. Quraisy bertanya mereka tentang unta mereka yang hilang. Kata mereka: “Benar, seekor unta telah hilang tetapi kami mendengar suara dari langit memberitahu kami tempat unta itu bersembunyi”. Kafilah itu terkejut, darimana Quraisy mengetahui tentang unta mereka yang hilang itu. Demikianlah Allah telah membuktikan kebenaran Rasulnya kepada penduduk Mekah. Tetapi kafir Quraisy tetap tidak mahu beriman.
Ringkasan peristiwa Israk dan Mikraj
1. Sebelum Israk dan Mikraj
Rasulullah S.A.W. mengalami pembedahan dada / perut, dilakukan oleh malaikat Jibrail dan Mika’il. Hati Baginda S.A.W.. dicuci dengan air zamzam, dibuang ketul hitam (‘alaqah) iaitu tempat syaitan membisikkan waswasnya. Kemudian dituangkan hikmat, ilmu, dan iman.ke dalam dada Rasulullah S.A.W. Setelah itu, dadanya dijahit dan dimeterikan dengan “khatimin nubuwwah”. Selesai pembedahan, didatangkan binatang bernama Buraq untuk ditunggangi oleh Rasulullah dalam perjalanan luar biasa yang dinamakan “Israk” itu.
2. Semasa Israk (Perjalanan dari Masjidil-Haram ke Masjidil-Aqsa):
Sepanjang perjalanan (israk) itu Rasulullah S.A.W. diiringi (ditemani) oleh malaikat Jibrail dan Israfil. Tiba di tempat-tempat tertentu (tempat-tempat yang mulia dan bersejarah), Rasulullah telah diarah oleh Jibrail supaya berhenti dan bersembahyang sebanyak dua rakaat. Antara tempat-tempat berkenaan ialah:
1. Negeri Thaibah (Madinah), tempat di mana Rasulullah akan melakukan hijrah.
2. Bukit Tursina, iaitu tempat Nabi Musa A.S. menerima wahyu daripada Allah;
3. Baitul-Laham (tempat Nabi ‘Isa A.S. dilahirkan);
Dalam perjalanan itu juga baginda Rasulullah S.A.W. menghadapi gangguan jin ‘Afrit dengan api jamung dan dapat menyasikan peristiwa-peristiwa simbolik yang amat ajaib. Antaranya :
* Kaum yang sedang bertanam dan terus menuai hasil tanaman mereka. apabila dituai, hasil (buah) yang baru keluar semula seolah-olah belum lagi dituai. Hal ini berlaku berulang-ulang. Rasulullah S.A.W. dibertahu oleh Jibrail : Itulah kaum yang berjihad “Fisabilillah” yang digandakan pahala kebajikan sebanyak 700 kali ganda bahkan sehingga gandaan yang lebih banyak.
* Tempat yang berbau harum. Rasulullah S.A.W. diberitahu oleh Jibrail : Itulah bau kubur Masyitah (tukang sisir rambut anak Fir’aun) bersama suaminya dan anak-anak-nya (termasuk bayi yang dapat bercakap untuk menguatkan iman ibunya) yang dibunuh oleh Fir’aun kerana tetapt teguh beriman kepada Allah (tak mahu mengakui Fir’aun sebagai Tuhan).
* Sekumpulan orang yang sedang memecahkan kepala mereka. Setiap kali dipecahkan, kepala mereka sembuh kembali, lalu dipecahkan pula. Demikian dilakukan berkali-kali. Jibrail memberitahu Rasulullah: Itulah orang-orang yang berat kepala mereka untuk sujud (sembahyang). Sekumpulan orang yang hanya menutup kemaluan mereka (qubul dan dubur) dengan secebis kain. Mereka dihalau seperti binatang ternakan. Mereka makan bara api dan batu dari neraka Jahannam. Kata Jibrail : Itulah orang-orang yang tidak mengeluarkan zakat harta mereka.
* Satu kaum, lelaki dan perempuan, yang memakan daging mentah yang busuk sedangkan daging masak ada di sisi mereka. Kata Jibrail: Itulah lelaki dan perempuan yang melakukan zina sedangkan lelaki dan perempuan itu masing-masing mempunyai isteri / suami.
* Lelaki yang berenang dalam sungai darah dan dilontarkan batu. Kata Jibrail: Itulah orang yang makan riba`.
* Satu kaum yang sedang menggunting lidah dan bibir mereka dengan penggunting besi berkali-kali. Setiap kali digunting, lidah dan bibir mereka kembali seperti biasa. Kata Jibrail: Itulah orang yang membuat fitnah dan mengatakan sesuatu yang dia sendiri tidak melakukannya.
* Kaum yang mencakar muka dan dada mereka dengan kuku tembaga mereka. Kata Jibrail: Itulah orang yang memakan daging manusia (mengumpat) dan menjatuhkan maruah (mencela, menghinakan) orang.
* Seekor lembu jantan yang besar keluar dari lubang yang sempit. Tak dapat dimasukinya semula lubang itu. Kata Jibrail: Itulah orang yang bercakap besar (Takabbur). Kemudian menyesal, tapi sudah terlambat.
* Seorang perempuan dengan dulang yang penuh dengan pelbagai perhiasan. Rasulullah tidak memperdulikannya. Kata Jibrail: Itulah dunia. Jika Rasulullah memberi perhatian kepadanya, nescaya umat Islam akan mengutamakan dunia daripada Akhirat.
* Seorang perempuan tua duduk di tengah jalan dan menyuruh Rasulullah berhenti. Rasulullah S.A.W. tidak menghiraukannya. Kata Jibrail: Itulah orang yang mensesiakan umurnya sampai ke tua.
* Seorang perempuan bongkok tiga menahan Rasulullah untuk bertanyakan sesuatu. Kata Jibrail: Itulah gambaran umur dunia yang sangat tua dan menanti saat hari kiamat.
Setibanya di masjid Al-Aqsa, Rasulullah turun dari Buraq. Kemudian masuk ke dalam masjid dan mengimamkan sembahyang dua rakaat dengan segala anbia` dan mursalin menjadi makmum.
Rasulullah S.A.W. terasa dahaga, lalu dibawa Jibrail dua bejana yang berisi arak dan susu. Rasulullah memilih susu lalu diminumnya. Kata Jibrail: Baginda membuat pilhan yang betul. Jika arak itu dipilih, nescaya ramai umat baginda akan menjadi sesat.
3. Semasa Mikraj (Naik ke Hadhratul-Qudus Menemui Allah):
Didatangkan Mikraj (tangga) yang indah dari syurga. Rasulullah S.A.W. dan Jibrail naik ke atas tangga pertama lalu terangkat ke pintu langit dunia (pintu Hafzhah).
1. Langit Pertama: Rasulullah S.A.W. dan Jibrail masuk ke langit pertama, lalu berjumpa dengan Nabi Adam A.S. Kemudian dapat melihat orang-orang yang makan riba` dan harta anak yatim dan melihat orang berzina yang rupa dan kelakuan mereka sangat huduh dan buruk. Penzina lelaki bergantung pada susu penzina perempuan.
2. Langit Kedua: Nabi S.A.W. dan Jibrail naik tangga langit yang kedua, lalu masuk dan bertemu dengan Nabi ‘Isa A.S. dan Nabi Yahya A.S.
3. Langit Ketiga: Naik langit ketiga. Bertemu dengan Nabi Yusuf A.S.
4. Langit Keempat: Naik tangga langit keempat. Bertemu dengan Nabi Idris A.S.
5. Langit Kelima: Naik tangga langit kelima. Bertemu dengan Nabi Harun A.S. yang dikelilingi oleh kaumnya Bani Israil.
6. Langit Keenam: Naik tangga langit keenam. Bertemu dengan Nabi-Nabi. Seterusnya dengan Nabi Musa A.S. Rasulullah mengangkat kepala (disuruh oleh Jibrail) lalu dapat melihat umat baginda sendiri yang ramai, termasuk 70,000 orang yang masuk syurga tanpa hisab.
7. Langit Ketujuh: Naik tangga langit ketujuh dan masuk langit ketujuh lalu bertemu dengan Nabi Ibrahim Khalilullah yang sedang bersandar di Baitul-Ma’mur dihadapi oleh beberapa kaumnya. Kepada Rasulullah S.A.W., Nabi Ibrahim A.S. bersabda, “Engkau akan berjumapa dengan Allah pada malam ini. Umatmu adalah akhir umat dan terlalu dha’if, maka berdoalah untuk umatmu. Suruhlah umatmu menanam tanaman syurga iaitu LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH”. Mengikut riwayat lain, Nabi Irahim A.S. bersabda, “Sampaikan salamku kepada umatmu dan beritahu mereka, syurga itu baik tanahnya, tawar airnya dan tanamannya ialah lima kalimah, iaitu: SUBHANALLAH, WAL-HAMDULILLAH, WA LA ILAHA ILLALLAH ALLAHU AKBAR dan WA LA HAULA WA LA QUWWATA ILLA BILLAHIL- ‘ALIYYIL-‘AZHIM. Bagi orang yang membaca setiap kalimah ini akan ditanamkan sepohon pokok dalam syurga”. Setelah melihat beberapa peristiwa lain yang ajaib. Rasulullah dan Jibrail masuk ke dalam Baitul-Makmur dan bersembahyang (Baitul-Makmur ini betul-betul di atas Baitullah di Mekah).
8. Tangga Kelapan: Di sinilah disebut “al-Kursi” yang berbetulan dengan dahan pokok Sidratul-Muntaha. Rasulullah S.A.W. menyaksikan pelbagai keajaiban pada pokok itu: Sungai air yang tak berubah, sungai susu, sungai arak dan sungai madu lebah. Buah, daun-daun, batang dan dahannya berubah-ubah warna dan bertukar menjadi permata-permata yang indah. Unggas-unggas emas berterbangan. Semua keindahan itu tak terperi oleh manusia. Baginda Rasulullah S.A.W. dapat menyaksikan pula sungai Al-Kautsar yang terus masuk ke syurga. Seterusnya baginda masuk ke syurga dan melihat neraka berserta dengan Malik penunggunya.
9. Tangga Kesembilan: Di sini berbetulan dengan pucuk pokok Sidratul-Muntaha. Rasulullah S.A.W. masuk di dalam nur dan naik ke Mustawa dan Sharirul-Aqlam. Lalu dapat melihat seorang lelaki yang ghaib di dalam nur ‘Arasy, iaitu lelaki di dunia yang lidahnya sering basah berzikir, hatinya tertumpu penuh kepada masjid dan tidak memaki ibu bapanya.
10. Tangga Kesepuluh: Baginda Rasulullah sampai di Hadhratul-Qudus dan Hadhrat Rabbul-Arbab lalu dapat menyaksikan Allah S.W.T. dengan mata kepalanya, lantas sujud. Kemudian berlakulah dialog antara Allah dan Muhammad, Rasul-Nya:
Allah S.W.T : Ya Muhammad.
Rasulullah : Labbaika.
Allah S.W.T : Angkatlah kepalamu dan bermohonlah, Kami perkenankan.
Rasulullah : Ya, Rabb. Engkau telah ambil Ibrahim sebagai Khalil dan Engkau berikan dia kerajaan yang besar. Engkau berkata-kata dengan Musa. Engkau berikan Dawud kerajaan yang besar dan dapat melembutkan besi. Engkau kurniakan kerajaan kepada Sulaiman yang tidak Engkau kurniakan kepada sesiapa pun dan memudahkan Sulaiman menguasai jin, manusia, syaitan dan angin. Engkau ajarkan ‘Isa Taurat dan Injil. Dengan izin-Mu, dia dapat menyembuhkan orang buta, orang sufaq dan menghidupkan orang mati. Engkau lindungi dia dan ibunya daripada syaitan.
Allah S.W.T : Aku ambilmu sebagai kekasih. Aku perkenankanmu sebagai penyampai berita gembira dan amaran kepada umatmu. Aku buka dadamu dan buangkan dosamu. Aku jadikan umatmu sebaik-baik umat. Aku beri keutamaan dan keistimewaan kepadamu pada hari qiamat. Aku kurniakan tujuh ayat (surah Al-Fatihah) yang tidak aku kurniakan kepada sesiapa sebelummu. Aku berikanmu ayat-ayat di akhir surah al-Baqarah sebagai suatu perbendaharaan di bawah ‘Arasy. Aku berikan habuan daripada kelebihan Islam, hijrah, sedekah dan amar makruf dan nahi munkar. Aku kurniakanmu panji-panji Liwa-ul-hamd, maka Adam dan semua yang lainnya di bawah panji-panjimu. Dan Aku fardhukan atasmu dan umatmu lima puluh (waktu) sembahyang.
Selesai munajat, Rasulullah S.A.W. di bawa menemui Nabi Ibrahim A.S. kemudian Nabi Musa A.S. yang kemudiannya menyuruh Rasulullah S.A.W. merayu kepada Allah S.W.T agar diberi keringanan, mengurangkan jumlah waktu sembahyang itu. Selepas sembilan kali merayu, (setiap kali dikurangkan lima waktu), akhirnya Allah perkenan memfardhukan sembahyang lima waktu sehari semalam dengan mengekalkan nilainya sebanyak 50 waktu juga.
4. Selepas Mikraj
Rasulullah S.A.W. turun ke langit dunia semula. Seterusnya turun ke Baitul-Maqdis. Lalu menunggang Buraq perjalanan pulang ke Mekah pada malam yang sama. Dalam perjalanan ini baginda bertemu dengan beberapa peristiwa yang kemudiannya menjadi saksi (bukti) peristiwa Israk dan Mikraj yang amat ajaib itu (Daripada satu riwayat peristiwa itu berlaku pada malam Isnin, 27 Rejab, kira-kira 18 bulan sebelum hijrah). Wallahu’alam.
(Sumber : Kitab Jam’ul-Fawaa`id)