Tag Archives: Tuhan

PENYESALAN SEORANG IBU

Suatu hari seorang alim berniat untuk pergi ke Tanah Suci mengerjakan ibadah haji. Waktu dia meminta izin kepada ibunya, ternyata ibunya yang sudah tua itu sangat keberatan. Menurut ibunya, tunda dahulu keberangkatanmu sampai tahun depan. Ia merasa bimbang terhadap keselamatan anaknya, kerana orang alim itu adalah satu-satunya anak yang hidup dari hasil perkahwinan dengan almarhum suaminya.
Rupanya orang alim yang soleh itu sudah tidak dapat menahan keinginannya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Maka, walaupun tidak mendapat restu dari ibunya, dia berkemas-kemas lalu berangkat menuju ke Tanah Haram. Jelas keputusannya ini bertentangan dengan ajaran Nabi. Kerana redha Allah bergantung kepada redha orang tua, begitu pula murka Allah terletak dalam murka orang tua.
Ketika menyaksikan anaknya yang pergi juga, ibu yang sudah tua itu tergopoh-gapah mengejar anaknya. Akan tetapi anaknya itu sudah telalu jauh. Dia tidak mendengar suara ibunya yang memanggil-manggil sambil berlari-lari itu. Dalam marahnya ibu yang sangat cinta kepada anaknya tersebut menadahkan kedua tangannya lalu berdoa: “Ya Allah, anakku satu-satunya telah membakar diriku dengan panasnya api perpisahan. Ku mohon pada-Mu, balaslah dia dengan seksaan yang setimpal. Sebagai ibunya, aku merasa sakit hati, ya Allah.”
Doa ini jelas tidak pada tempatnya bagi seorang ibu yang seharusnya bijaksana. Sebab di antara doa-doa yang dikabulkan adalah doa seorang ibu terhadap anaknya. Bumi seolah-olah bergoyang mendengar doa ini.
Namun orang alim tadi terus juga berjalan. Dekat sebuah kota kecil sebelum sampai tempat tujuannya, orang alim itu berhenti melepaskan lelah. Menjelang Maghrib dia berangkat ke masjid dan solat sampai Isyak. Sesudah itu ia terus mengerjakan solat-solat sunat dan wirid hingga jauh malam.
Secara kebetulan di sudut kota yang lain, pada malam itu terjadi peristiwa yang menggemparkan. Ada seorang pencuri yang masuk ke dalam rumah salah seorang penduduk. Orang yang punya rumah terjaga dan bersuara. Tiba-tiba pencuri itu terjatuh kerana terlanggar suatu benda di kakinya. Ketika terdengar bunyi sesuatu yang jatuh itu, maka orang yang punya rumah pun memekik-mekik sambil berkata: “pencuri! pencuri.”
Seisi kampung terbangun semuanya. Dengan ketakutan pencuri itu lari sekuat tenaga. Orang-orang kampung terus mengejarnya. Pencuri itu lari ke arah masjid dan masuk ke halaman masjid tersebut. Orang-orang pun mengejar ke sana. Ternyata pencuri itu tidak ditemukan di dalam rumah Allah itu. Salah seorang di antara mereka memberitahu kepada pemimpinnya: “Kita sudah mencari di sekeliling masjid, namun tidak ada bekas-bekasnya sedikitpun.”
Yang lainnya pula berkata: “Tidak mungkin dia ditelan bumi, aku yakin dia belum lari dari sini. Kalau di luar masjid tidak ada, mari kita cari ke dalam masjid. Berkemungkinan dia bersembunyi di situ.”
Maka orang-orang pun masuk ke dalam masjid. Ternyata betul, di dekat mimbar ada seorang asing sedang duduk membaca tasbih. Tanpa bertanya-tanya lagi orang itu ditarik keluar. Tiba di halaman masjid, orang tadi sudah terkulai dan pengsan kerana dipukul beramai-ramai.
Penguasa hukum di kota tersebut malam itu juga memutuskan suatu hukuman yang berat kepadanya atas desakan masyarakat yang marah. Maka orang tersebut diikat pada tiang dan dicambuk badannya.
Keputusan dari hakim ini jelas menyalahi ajaran Nabi, bahawa seorang hakim seharusnya menyelidiki hingga hujung suatu perkara, dan tidak boleh menjatuhkan keputusan berdasarkan hawa nafsu. Begitu juga walaupun lelaki itu dituduh menodai kesucian masjid kerana bersembunyi di dalamnya, dengan berpura-pura bersembahyang dan membaca wirid, padahal dia adalah pencuri.
Pagi-pagi lagi seluruh penduduk kota itu sudah berkumpul di pasar menyaksikan jalannya hukumam qisas itu. Selain algojo melaksanakan tugasnya, orang-orang pun bersorak-sorak melihat si alim dicambuk hingga pengsan. Mereka tidak lagi mematuhi ajaran Islam untuk berbuat adil terhadap siapa saja, termasuk kepada pencuri yang jahat sekalipun. Darah memercik ke sana ke mari, orang-orang kelihatan semakin puas.
Semakin siang semakin ramai orang yang berkumpul menonton dan meludahi pencuri yang terkutuk itu. Dalam kesakitannya, orang alim yang dihukum sebagai pencuri itu mendengar salah seorang penduduk yang berkata: “Inilah hukuman yang setimpal bagi pencuri yang bersembunyi di dalam masjid!”
Sambil meludah muka orang alim tersebut.Orang yang dihukum yang dianggap pencuri ini dengan suara yang tersendat-sendat membuka mulutnya berkata: “Tolong jangan katakan demikian. Lebih baik beritahukanlah kepada orang ramai bahawa saya ini adalah hamba Allah yang ingin mengerjakan ibadah haji, tapi tidak mendapat restu dari orang tua.”
Mendengar ucapan ini, orang yang mendengar jadi terkejut dan menanyakan siapakah dia sebenarnya. Orang alim tadi membuka rahsianya, dan masyarakat jadi serba salah. Akhirnya mereka terpaksa memberitahukan hal itu kepada hakim.
Setelah hakim itu datang dan tahu duduk perkara yang sebenarnya, maka semua mereka menyesal. Mereka kenal nama orang alim itu, iaitu orang yang soleh dan ahli ibadah. Cuma belum pernah tahu rupanya. Ibu-ibu yang hadir serta orang tua lainnya ramai yang merasa sedih tidak dapat menahan diri, tapi sudah tidak ada gunanya.
Malamnya, atas permintaan orang alim itu setelah dibebaskan dari seksaannya, dihantarkan ke rumah ibunya. Pada waktu orang alim tersebut akan dihantar, ibunya telah berdoa: “Ya Allah, jika anakku itu telah mendapatkan balasannya, maka kembalikanlah dia kepadaku agar aku dapat melihatnya.”
Begitu selesai doa si ibu, orang yang membawa anaknya pun sampai. Orang alim itu minta didudukkan di depan pintu rumah ibunya, dan mempersilakan orang yang mengantarnya itu pergi. Sesudah keadaan sunyi kembali, tidak ada orang lain, maka orang alim itupun berseru dengan suara yang pilu: “Asalamualaikum.”
Maka terdengarlah suara orang tua yang menjawab salamnya dari dalam. Bergetar hati si alim mendangar suara itu:“Saya adalah musafir yang terlantar. Tolonglah beri saya roti dan air sejuk,” kata orang alim itu menyamar diri.
“Mendekatlah engkau ke pintu. Hulurkan tanganmu melalui celah pintu,” jawab suara tadi dari dalam.
“Maaf, saya tidak boleh mendekati pintu kerana kedua kaki saya sangat kaku. Saya juga tidak dapat menghulurkan tangan melalui celah pintu, kerana tangan saya terasa letih.”
“Jadi bagaimana caranya?” Si ibu mengeluh kehilangan akal.
“Antara kita ada pemisah yang tidak boleh dilanggar. Engkau lelaki yang tidak saya kenal, dan saya, walaupun sudah tua, adalah seorang perempuan.”
“Jangan bimbang wahai puan,” kata orang alim tersebut. “Saya tidak akan membuka mata kerana kedua mata saya sangat pedih, jadi saya tidak akan melihat ke arah puan.”
Mendengar jawapan itu, tidak beberapa lama kemudian perempuan itu pun keluar membawa sepotong roti dan segelas air sejuk. Orang alim itu begitu saja merasakan kehadiran ibunya, sudah tidak mampu lagi menahan diri. Ia memeluk kaki ibunya dan menjerit sambil menangis: “Ibu, saya adalah anak ibu yang derhaka.”
Ibunya pun merasa sedih. Dipandangnya orang cacat di mukanya itu lalu ia menjerit ternyata adalah anaknya. Mereka berdua saling berpelukan dalam tangisan.
Ketika itu juga perempuan tersebut menadahkan tangannya memohon ampun kepada Allah: “Ya Allah, kerana telah jadi begini sungguh saya menyesal atas kemarahan saya kepada anak sendiri, saya bertaubat untuk tidak mengulangi lagi perkara ini, ampunilah saya ya Allah, serta ampunilah dosa orang-orang yang menyeksanya kerana kami semua telah disesatkan oleh godaan iblis dengan nafsu marah.

KEHEBATAN MATI

SESUATU yang pasti terjadi, tapi sering dilupakan dan tidak dipedulikan, ialah mati. Yakni berhentinya degupan jantung, lalu berhentilah nafas dan aktiviti lainnya, hingga manusia tidak berguna apa-apa lagi. Walaupun dia seorang profesor, raja atau presiden. Kalau dibiarkan akan busuk dan berkerut, maka terpaksalah ditanam jauh-jauh ke dalam bumi.
Semua orang dulu pasti sudah merasakan mati. Mereka sudah tidak ada lagi di bumi ini. Yang tinggal hanya nama dan sejarah hidup mereka saja. Dan detik itu pasti datang pada setiap orang diantara kita. Ia adalah program yang tidak boleh tidak pasti terjadi, dan kita sering tertanya-tanya: “Bilakah giliranku untuk mati? Dan apa persediaan yang mesti aku lakukan?’~ .

Kesakitan sewaktu roh dicabut dari badan oleh Malaikat Izrail seperti ditusuk-tusuk 300 kali dengan mata pedang. Hancur lumat hingga hilang segala-galanya. Rasa haus ketika maut tiba teramat sangat azabnya hingga kalaupun air satu lautan diminum tidak akan puas-puas juga. Tersedar kembali sewaktu berhadapan dengan Munkar dan Nakir. Yakni di satu alam luar yang lain dari alam dunia ini. Alam Barzakh namanya. Alam di mana kita dapat melihat malaikat dan bertanya-jawab dengannya. Alam yang diperlihatkan Syurga dan Neraka. Dan dapat juga melihat ragam manusia di dunia yang belum mati lagi itu.
Hidup di sana kalau bahagia, sangat lama sekali yakni hingga Kiamat, mungkin beribu-ribu tahun. Dan kalau Kiamat tiba mungkin beribu-ribu tahun lagi. Dan kalau tersiksa pun begitu jugalah lamanya. Bahagia atau derita bergantung pada berhasil atau tidaknya kita ketika di dunia. Kalau berhasil menjalankan tugas sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di bumi, maka bahagialah kita. Sebaliknya kalau sewaktu di dunia menjadi hamba nafsu dan syaitan serta berjuang untuk itu, maka malaikat akan mengazab kita di Barzakh sana. Terkurung selama beribu-ribu tahun dalam azab sengsara.
Itu kata Allah dan itulah ketentuan-Nya. Al Quran dan hadis banyak sekali menceritakan tentang ini dengan sejelas-jelasnya. Lihat contoh-contohnya
1. Surah Al Qiyamah, ayat 36-40:

Terjemahannya: Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa dipertanggungjawabkan) ? Bukankah dia dahulu setitis mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian mani itu menjadi segumpal darah lalu Allah menciptakannya sepasang laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang yang mati?

2. Surah Al ‘Aadiyaat, ayat 6-11:

Terjemahannya: Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil kerana cintanya pada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada. Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.

3. Surah An Naaazi’at, ayat 10-14 :

Terjemahannya: (Orang kafir) berkata: “Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang sebelumnya?” Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kamu telah menjadi tulang belulang dan hancur lumat? Mereka berkata: “Kalau demikian, itu adalah satu pengembalian yang merugikan . ” Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu tiupan saja. Maka dengan serta-merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.

4. Surah An Nabaa’, ayat 38-40:

Terjemahannya: Pada hari ketika roh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang Maha Pemurah. Dan ia mengucapkan kata yang benar. Itulah hari yang pasti terjadi maka barangsiapa yang menghendaki, nescaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya. Sesungguhnya kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat pada hari manusia melihat apa yang telah dibuat oleh kedua-dua tangannya dan orang kafir berkata: “Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah.”

5. Surah An Naaz’iat, ayat 34 -41:

Terjemahannya : Maka apabila malapetaka yang sangat besar (Hari Kiamat) telah datang. Pada hari (ketika manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya dan diperlihatkan Neraka dengan jelas setiap orang yang melihat. Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya Nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang yang takut pada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka Syurga tempat tinggalnya.

Demikianlah kita telah diberitahu seterang-terangnya tentang sesuatu yang bakal terjadi dan menimpa setiap diri. Apa pendapat anda? Nasib di dunia atau nasib di akhiratkah yang hendak diutamakan? Sebab orang yang kaya di dunia (tetapi tidak bertaqwa) akan miskin di akhirat. sedangkan miskin di dunia masih ada tempat tinggal, pakaian dan makan minum. Masih boleh berikhtiar. Sedangkan jika miskin di akhirat, sesuap makanan pun tidak akan dapat. Tidak ada seorang pun yang simpati.
Kemiskinan dan penderitaan yang mana yang lebih patut ditakuti. Berusaha keras untuk dunia atau untuk akhirat yang mesti diutamakan? Rasulullah SAW menjawab ketika ditanya:

Terjemahannya: Siapakah orang mukmin yang paling cerdik? Sabda Rasulullah: (orang yang paling cerdik) ialah orang yang banyak mengingati mati.
(Riwayat lbnu Majah)

Maka fahamlah kita, keutamaan harus diberikan pada urusan-urusan akhirat. Sebab mati boleh jadi datang esok. Dan kalaulah hal itu terjadi dalam keadaan kita belum menjalankan tugas yang diamanahkan, kita akan menderita selama-lamanya. Sedangkan untuk dunia, kalau hari ini belum selesai, esok boleh disambung lagi. Kelalaian tentang urusan dunia tidak akan mengakibatkan kerugian yang panjang. Contohnya, kalau urusan yang kita tinggalkan boleh disambung lagi. Kita tidak rugi apa-apa. Tapi kalau kerana dunia kita tangguhkan sembahyang, tiba-tiba kita mati sebelum sembahyang. Sementara akibat meninggalkan sembahyang dengan sengaja ialah 40 tahun masuk Neraka. Demikian juga halnya kalau kita menimbun duit dalam bank, konon untuk masa depan. Kalau kita sempat tua, mungkin duit itu boleh kita gunakan; itu pun di akhirat tidak dapat apa-apa. Apa jadinya kalau kita mati sebelum tua, sudahlah duit itu tidak berguna untuk kita di dunia, di akhirat kita akan menderita kerana dosa membekukan harta pemberian Allah. Sedangkan kalau duit itu kita korbankan pada jalan Allah, di dunia lagi kita akan hidup senang. Inilah yang diingatkan oleh Rasulullah SAW, melalui sabdanya:

Terjemahannya: Berusahalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya. Dan berusahalah untuk akhiratmu, seolah-olah kamu akan mati esok hari.
(Riwayat Ibnu Asakir)

Jangan mengertikan hadis ini menyuruh kita bekerja keras di dunia saja; bekerja keraslah juga untuk akhirat. Maksud yang sebenarnya ialah urusan dunia kerana lama lagi (masih ada waktu) boleh ditangguhkan atau dikemudiankan; sedangkan untuk akhirat, kerana boleh jadi mati esok, mesti disegerakan atau didahulukan.
Ingatlah mati dan akibatnya. Ia dahsyat, hebat dan menakutkan pada yang mati dan untuk yang tinggal. Secara kasar kita sudah ceritakan hal sesudah mati, untuk yang mati dan akan mati. Mari kita lihat pula akibat mati pada yang hidup. Betapa hebat dan menakutkan!
Orang yang kematian orang yang dikasihinya, akan merasakan kehilangan yang amat berat untuk ditanggung. Sedih pilu yang tidak terkira. Tempat bergantung putus sudah. Harapan hidup bahagia, meliar tidak menentu; ke mana hendak mengadukan nasib.
Kalau yang meninggal itu raja, negara diselubungi duka, rakyat kehilangan ketua negara. dengan terpaksa dicarilah penggantinya. Maka berubahlah sistem pengaturan negara. Kalau pemimpin meninggal dunia, pengikut bagaikan anak ayam kehilangan ibu. Pimpinan terputus, didikan terhenti, payung tempat berteduh dirasa telah tiada lagi. Pengganti belum tentu sama gayanya. Huru-hara mungkin terjadi, jika ada orang yang mahu mengambil kesempatan dari bala itu.
Kalau guru meninggal dunia, murid-murid akan kehilangan sumber ilmu. Lampu yang menerangi hidup padam. Merka akan berada dalam kegelapan sesaat sebelum ada guru pengganti. Itu pun belum tentu sama. Dukacitapun berkepanjangan.
Apabila suami meninggal, isteri menjadi janda. Hidupnya jadi serba salah. Mahu kemana? Mahu kawin, banyak masalah walaupun itu tuntutan fitrah. Kehilangan orang yang dikasihi, tinggal bersendirian, tiada orang yang mengurus keperluan. Bukan mudah mencari pengganti. Kalau bapa meninggal, anak-anak jadi yatim. Malang sekali kerana sumber kehidupan terputus. Siapa yang bakal menyanggupi nasib mereka? Kalau tidak ada, hidup mereka terabaikan dan tersiksalah hidupnya. Jika ibu yang mati, anak-anak jadi piatu. Tempat bermanja tidak ada lagi. Kasih sayang, belaian dan penjagaan tidak akan ditemui lagi dalam hidup.
Kalau tunang pula mati, remuk-redam jantung hati. Buah hati yang dirindui, belum sempat bertemu sudah pergi buat selama-lamanya. Kalau tidak kuat iman, berduka sepanjang hayat.
Demikianlah dahsyatnya akibat kematian; ngeri dan menakutkan. Sebut saja mati, orang yang tidak beriman sangat benci. Sebaliknya orang yang beriman akan insaf; sedangkan para kekasih Allah merasakan mati itu indah kerana saat pertemuan dengan Allah sudah tiba. Betul-betullah mati itu sebagai guru. Sabda Rasulullah:

Terjemahannya: Cukuplah kematian itu sebagai nasehat.
(Riwayat At Tabrani)

Kenapa Allah jadikan mati begitu dahsyat? Jawabnya supaya manusia memberi perhatian serius. Sebab biasanya satu hal yang besar dan dahsyat sangat diberi perhatian yang serius oleh manusia. Begitulah sepatutnya dengan mati. Oleh kerana akibatnya terlalu dahsyat pada yang mati dan yang hidup, tentu kita tidak boleh berbuat seolah-olah tak tahu saja. Mestilah berusaha dan bersedia dengan sebaik-baiknya, agar takdir Allah itu (ujian) dapat dihadapi dengan baik dan berhasil.
Ibarat kita akan menghadapi suatu ujian kenaikan yang besar dan penting. Tentu kita akan siap sedia dengan bersungguh-sungguh menghadapinya kerana mengharapkan kejayaan. Demikianlah halnya dengan mati ini. Iman dan taqwa, amal soleh dan akhlak mulia dengan Allah dan dengan manusia adalah syarat penting untuk selamat baik untuk yang pergi atau yang ditinggal. Yang pergi selamat di kubur, yang ditinggal tidak menderita. Iman dan taqwa akan jadi penghiburnya.
Tapi kita lihat hari ini, umat Islam tidak terlalu peduli dengan mati. Walaupun setiap hari ada orang yang mati, tapi hal itu tidak mengingatkan dan menginsafkannya; masyarakat terus bergelumang dengan dosa dan hiburan di dunia. Memang kalau manusia itu tidak ingat akan mati, mereka tidak akan takut untuk hidup dalam dosa dan maksiat. Sebab mereka mengira kejahatan itu tidak akan dipertanggungjawabkan oleh siapapun. Mereka lupa atau jahil tentang apa yang dikatakan oleh Allah :

Terjemahannya: Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tidak seorang pun berkuasa atasnya? Dia mengatakan; “Aku telah menghabiskan harta yang banyak.” Apakah dia menyangka bahwa tiada seorang pun yang melihatnya? Bukankah Kami telah memberikan padanya dua mata, lidah dan dua bibir? Dan Kami telah menunjukkannya dua jalan. Tapi dia tidak menempuh jalan mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan mendaki lagi sukar itu? (Iaitu) melepaskan hamba daripada perhambaan, atau memberi makan pada hari kelaparan (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat atau orang miskin yang sangat fakir. Dan dia tidak juga termasuk orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar serta berpesan untak berkasih sayang. Mereka (orang-orang beriman dan saling berpesan) adalah golongan kanan. Dan orang yang kafir kepada ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada dalam Neraka yang ditutup rapat.
(AI Balad: 5-20)

Maknanya, mengingati mati bukan untuk keselamatan di akhirat saja, tapi juga di dunia. Tapi hari ini, kalau kita banyak sebut tentang mati, orang mentertawakan atau marah-marah. “Bila mahu membangun kalau asyik ingat mati saja”, kata mereka. Padahal dengan tak ingat mati pun umat Islam hari ini bukan membangun. Cuma ikut bangga dengan pembangunan dan kemodernan yang diimport dari Barat.
Sudahlah begitu, masalah hidup dan masalah masyarakat tidak pernah habis-habis. Berdengki, saling berhujah, fitnah, krisis dam lain-lain tidak selesai. Kalau ada pembangunan, sedikit banyak ada saja golongan kiri yang mahu meruntuhkan. Semua ini ialah diakibatkan kerana kita melupakan Allah. Apabila kita lupa Allah, Allah lupakan kita. Maka susahlah kita. Mari kita kembali kepada jalan Allah. Ingatkan mati itulah sebenarnya jalan yang menyampaikan kita kepada kemenangam dunia dan akhirat!

TAZKIRAH: PERKARA-PERKARA YANG PENTING DALAM HIDUP MANUSIA

Dalam hidup ini, sebenarnya apakah perkara-perkara yang sangat diperlukan dan terlalu penting, yang tidak boleh tidak bagi kita untuk selamat dunia Akhirat. Apa ye?
Dan dalam hidup ini apakah perkara-perkara yang kalau kita tidak memilikinya tak bergunalah hidup, celaka dunia akhirat? Apa ye?

Perkara-perkara itu ialah:
1.Keampunan Allah
2.Kasihan belas Allah
3.Segala kekurangan diri, kelemahan dan lain-lain ditampung, dicukupkan, disempurnakan.
4.Darjat diri ditingkatkan dari masa ke masa
5.Rezeki segala jenisnya lahir dan batin
6.Petunjuk, pimpinan, hidayah dan taufik
7.Sihat afiat badan, akal fikiran, lahir dan batin
8.Kemaafan

Dimanakah semua kepentingan-kepentingan kita ini kita boleh dapatkan? Agar ia boleh kita dapatkan di setiap waktu, percuma dan tidak terhina?

Ketahuilah wahai saudara-saudaraku se-Islam dan anak-anakku semua:
Bahawa Pencipta kita Allah SWT, kerana sangat sayang dan sangat bertanggungjawab kepada ciptaan-Nya, telah mewajibkan kita bertemu-Nya, dengan tujuan untuk diberikanlah semua keperluan-keperluan kita itu. Bahkan, sebenarnya Allah Tuhan kita itu demi cintaNya, bukan saja 8 perkara di atas disenaraikan oleh kita meminta pada-Nya, beribu-ribu lagi perkara-perkara keperluan kita yang telah, sedang dan akan diberikan-Nya tanpa kita memintanya.

Tapi ingat, ada seperkara yang paling pokok yang Allah sangat-sangat ingin kita mendapatkan dari Dia. Hal ini merupakan penentu hidup mati dan Syurga Nerakanya kita. Allah menjadikan perkara itu sebagai pemberian termahal kepada seorang hamba. Kalau mahu dibayar nescaya tidak terbayarkan oleh kita!

Justeru Allah, demi kasih sayang dan belas kasihan-Nya, melayakkan kita untuk memilikinya dengan cara meminta-minta sepenuh hati kepada-Nya. Dan permintaan itu wajib dibuat di dalam sembahyang. Apakah dia barang itu?
Yakni Siratal Mustaqim. Iaitu jalan hidup orang-orang Allah seperti Rasul-rasul, Nabi-nabi, Mujaddid-mujaddid, wali-wali, orang-orang soleh dan para ulama yang praktikal. Di Akhirat ia adalah jalan selamat yang membawa manusia ke Syurga.

Walhal bagi manusia yang tidak dapat Siratal Mustaqim dalam hidupnya, nescaya dia hidup di atas jalan yang dibenci Allah iaitu jalan-jalan nafsu. Jalan nafsu ini pula berlaku di dalam cara-cara hidup Yahudi dan Nasrani yang sebenarnya sesat lagi menyesatkan. Yahudi dan Nasrani menyatakan orang-orang yang betul-betul beragama itu sesat. Sebab bangsa Yahudi ini sangat marah dan benci dengan Allah dan Rasul kerana mendedahkan kejahatan mereka di dalam Al-Quran bahkan di dalam sembahyang melalui surah Al-Fatihah.

Jadi di kesempatan menguasai dunia, merekapun lahirkan dendam itu dengan menyatakan orang-orang Allah lah yang sesat dan jahat!
Orang-orang Islam yang betul-betul sembahyang, hasilnya mestilah memperjuangkan jalan yang lurus (Siratal Mustaqim) ini. Dan sekaligus akan mencetuskan peperangan sengit dengan ajaran-ajaran nafsu dan sesat oleh Yahudi dan Nasrani yang sangat dibenci Allah dan Rasul dengan laknatullah.

MUTIARA KATA

1-Membuang sifat marah tidak mungkin kerana ia fitrah semulajadi manusia.
Yang salah melajakkan sifat marah.
Allah berfirman maksudnya: “Orang Mukmin itu membenamkan sifat marah.”

2-Akal terang dengan ilmu.
Hati terang dengan zikir serta mujahadah untuk membuang mazmumah.

3-Akhlak baik itu semua orang suka sekalipun orang yang tidak berakhlak.

4-Bersihkanlah badan daripada kekotoran, daripada najis, daripada hadas dan daripada dosa. Bersihkanlah akal daripada ilmu yang tidak berguna dan ilmu yang salah faktanya. Dan bersihkanlah jiwa (hati) daripada syirik dan mazmumah.

5-Di antara sifat Mukmin itu mukanya mesra dengan manusia, hatinya gundah-gulana dengan Allah, fikirannya ke alam yang jauh.

BUATLAH KEBAIKAN KERANA ALLAH, PENCIPTA MANUSIA

Bukan senang orang yang berkuasa hendak adil,
Tidak menyalahgunakan kuasa ketika berkuasa,
Bukan mudah orang yang kaya hendak pemurah
Kerana harta itu dicintai
Bukan senang orang yang pandai hendak merendah diri,
Kerana kepandaian itu membawa kemegahan,
Mendorong sombong dan meninggi diri,
Bukan senang hendak lahirkan rasa bertimbang rasa,
Kerana manusia itu sifatnya mementingkan diri,
Memikirkan diri sendiri, sayang dengan diri,
Kalau berlaku juga ada beberapa faktor,
Mungkin kerana nama, disayangi, takut tidak dihormati,
takut tidak dipeduli,
Atau takut dibenci atau takut dimusuhi,
Kalau ia berlaku kerana faktor-faktor tadi,
Ini tidak aci, tidak dapat pahala atau Allah tidak
meredhai,
Sungguh rugi tidak sampai dibawa mati,
Jika ia terjadi kerana keredhaan Ilahi,
Kerana takutkan Allah atau cintakan Rabbul izzati,
Ia diberi pahala, Allah redha side effectnya manusia suka,
Oleh itu buatlah kebaikan jangan kerana manusia,
jangan kerana bangsa dan negara,
Biarlah ia dibuat kerana Allah pencipta manusia,
Manusia tetap ikut suka,
Kita adalah ciptaan Tuhan,
Biarlah hidup mati kita kerana Tuhan,
Bukan kerana manusia dan negara
Kalau mendapat untung hanya di dunia sahaja

13-05-05

Call Now
Directions